Jumat, 02 Oktober 2015

Makalah Bahasa Jawa Mantenan Adat Jogja dan Solo



TUGAS BAHASA JAWA
UPACARA MANTU ADAT JOGJA  DAN SOLO


Perbedaan pernikahan adat Solo dan Jogjakarta. Dalam pernikahan adat Solo, terdapat upacara potong rambut dan Dodol Dawet, sementara dalam pernikahan adat Yogyakarta tidak terdapat upacara potong rambut maupun Dodol Dawet, setelah siraman langsung disambung dengan Dulangan.Perbedaan juga terletak pada saat malam Midodareni. Terdapat upacara jual beli kembang mayang dalam adat Solo, sedangkan dalam adat Yogyakarta, kembar mayang sudah siap di pedaringan mulai sore sebelum pelaksanaan Malam Midodareni.
Beberapa perbedaan signifikan juga terletak pada pelaksanaan Panggih. Pada upacara lempar sirih, Adat Solo hanya melakukan satu kali pelemparan baik dari mempelai pria maupun wanita. Dalam adat Yogyakarta, pria harus melempar 4 lintang sirih, dan wanita harus melempar 3 lintang sirih.Masih dalam proses pelaksanaan Panggih, perbedaan acara injak telur terletak pada pelaku pemecahnya. Jika dalam adat Solo telur diinjak pengantin pria dan kemudian pengantin wanita mencuci kakinya, maka dalam adat Yogyakarta pengantin wanita mencuci kaki pengantin pria terlebih dahulu setelah itu telur disentuhkan kepada kedua kening pengantin baru kemudian dipecah oleh perias.

Dalam proses terakhir pelaksanaan Panggih yang terakhir, pengantin wanita dalam adat Solo diselimuti oleh sindur oleh ibunya, kemudian menuju pelaminan dipandu oleh ayah dari pengantin wanita pula. Sedangkan dalam adat Yogyakarta, pengantin langsung ke pelaminan dengan didampingi kedua orangtua mempelai wanita.
Pada prosesi Kacarkucur, terdapat juga beberapa perbedaan yang mencolok. Pada pernikahan adat Solo, terdapat upacara timbangan (di mana saat ayah dari pengantin wanita memangku kedua mempelai di pelaminan, yang menandakan bahwa kedua mempelai sama-sama disayangi oleh orangtuanya), upacara tandur (di mana saat ayah pengantin wanita mendudukkan kedua mempelai di pelaminan, menandakan bahwa pernikahan mereka mendapat restu), upacara dhahar klimah (di mana saat kedua pengantin makan sendiri-sendiri), dan juga upacara minum rujak degan.
Sedangkan dalam pernikahan adat Yogyakarta, tidak ditemui upacara timbangan, namun terdapat upacara Tampa Kaya (di saat pengantin wanita menerima barang-barang dari pengantin pria, melambangkan bahwa suami taidak boleh picik), upacara Dhahar Klimah (namun kali ini, hanya pengantin wanita yang makan), dan tidak ada upacara minum degan.

Beberapa Perbedaan Riasan Dan Busana Pengantin Solo - Jogja

Walaupun Solo dan Jogja secara geografis letaknya tidak terlalu jauh, ada beberapa perbedaan dalam hal riasan dan busana pengantin. yuuuk dibahas satu persatu jeng,,

Pengantin Solo

Adat Solo Putri
Pada pengantin Solo Putri itu menggunakan paes hitam pekat dengan sanggul ukel, diatas rambut diberi cundhuk sisir dan cundhuk mentul yang berjumlah 7 atau 9 (harus ganjil), dan tentu saja ada untaian bunga melati yang panjang terjuntai dari kepala pengantin melewati pundak dan menjuntai di sebagian badan pengantin wanita. 

Dalam hal busana, untuk pengantin Solo Basahan, pengantin wanita menggunakan kemben sebagai penutup dada, kain dodot, selendang cinde, sekar merah dan kain jarik warna senada, serta untaian bunga dan daun pandan. Busana basahan pengantin pria berupa dodot yang bermotif sama dengan mempelai wanita, kuluk sebagai penutup kepala, stagen, sabuk timang, celana cinde.
         

Apabila pengantin menggunakan busana Solo Basahan dan memakai baju beludru maka disebut Solo Basahan Keprabon. Menurutku untuk model Solo Basahan Keprabon ini terlihat lebih elegan, anggun dan berkelas dan meminimalisisir resiko masuk angin setelah acara pernikahan usai

Pengantin Jogja
Dandanan Jogja Putri paes hitam pekat pada dahi pengantin wanita terlihat lebih runcing dibanding pada pengantin Solo. Untuk hiasan sanggulnya hanya menggunakan bunga yang diselipkan di sanggul kiri dan kanan, tidak memakai untaian bunga melati yang panjang seperti pengantin Solo

Untuk paes ageng jangan menir Jogja, rambut pengantin bagian depan tidak disasak melainkan disekeliling paes yang berwarna hitam diberi prada emas. Memakai cundhuk mentul tetapi jumlahnya hanya lima, bentuk cundhuk sisirnya juga berbeda dengan cundhuk sisir pengantin Solo. Busana pengantin wanita menggunakan kebaya biasa sedangkan pengantin pria menggunakan beskap dan blangkon Jogja.Paes ageng basahan riasan rambutnya sama dengan paes ageng jangan menir hanya saja busananya berbeda, untuk bawahannya menggenakan kain cinde merah. Kedua pengantin menggunakan dodot dan bagian atas tubuhnya terbuka.

Sedangkan paes ageng kanigaran dandanan rambut dan rias wajah sama dengan paes ageng basahan hanya saja menggunakan baju beludru sebagai penutup tubuh bagian atas.


Dalam setiap riasan dan busana yang dikenakan oleh pengantin baik solo maupun jogja, masing - masing memiliki arti simbolik dan kesakralan . Untuk arti simbolik dalam setiap pernikahan tersebut akan kita bahas dilain kesempatan.

KEUNIKAN SIRAMMAN ADAT JAWA JOGJA DAN SOLO

SIRAMAN   DAPAT  BERARTI  MENSUCIKAN  DIRI    SEHINGGA PADA   SAAT  MENIKAH   BERSIH   SECARA  JASMANI  DAN  ROHANI.

prosesi akad a nikah  ini   sudah  lama sedikit  memudar   seiring   dengan perkembangan  jaman  yang   semakin  modern   sehingga  masyarakat  memupus adat  istiadat   sedikit  demi   sedikit.alat-  alat  - alat  yang   dibutuhkan   untuk  siraman  :

  1. air   dengan  bunga  
  2. dua  buah  kelapa  gading
  3. mangir
  4. kendi  berisi air   wudhu
  5. kursi diatas  tikar   diberi   daun   kluwih, daun   alang,alang, daun   opo-opo, daun  dadap  serep, daun nenas, kais   putih   1/2   meter
  6. bokor   tempat   siraman

siraman  memberikan  banyak   arti   dan   filosofis
ANGGOTA  KELUARGA   YANG    MENGIKUTI  SIRAMAN   TERDIRI   DARI  : ayah   dan  ibu  calon  pengantin   putri    didampingi  oleh  nenek  dan     par  pini  sepuh    lain  yang akan  memandikannya   sebanyak  7   orang --  9  orang, termasuk  penata rias, hendaknya   yang  memandikan  memiliki  keluarga  yang   harmonis  tanpa mengalami   perceraian    agar   membawa   berkah   tersendiri  bagi  sang   calon  pengantin  
PROSESINYA   SBB:
  • SUNGKEM  :calon   pengantin   sungkem  kepada    bapak   dan  ibu   untuk   memohon  maaf  dan   doa  restu   
  • calon  pengatin  digiring   bapak  dan   ibu ditempat   siraman   dan  dipersilahkan   duduk   di  tempat  yang  telah    disediakan 
  • SIRAMAN  :kemudian   prosesi  mandi   dilanjutkan  oleh   bapak  ibu   dengan  menggunakan  batik  bercorak  dengan   cakar dan  beskap   landung   untuk  bapak   , ibu  mengenakan  kebaya  , dilanjautkan   dengan   mencium  pipi  kiri  dan  kanan calon  pengantin    putri   tujuannya  untuk  membersihkan   cdiri  calon  pengatin  putri  dari   segala  kotoran  baik   jasmani  dan  rohani sebelum  melaksanakan   prosesi  pernikahan , untuk  menunjukkan  besarnya  kasih  sayang yang  diberikan  untuk  calon  pengantin  putri
  • prosesi siraman  pengantin  dilanjutkan  oleh   kularga  dan  perias   pengantin  
  •   PECAH   PAMOR  Bapak /Ibu  mengambil  kendi  yang   telah   diisi  oleh  air, kemudian   kendi   diangkat   oleh   Bapak  dan  Ibu  , sambil  berucap  : “ ora   mecah   -  mecah  kendi, nangin  mecah   pamore  anakku.”mecah   pamor   mengharapkan  bahwa   seoarang  anak   akan meninggi   derajat   setelah ia  menikah  kelak  
  • TIGAS RIKMO Bapak  memotong  rambut   calon mempelai   wanita sisi   kanan   sementara  Ibu sebelah  kiri 
  • PONDONGAN   Bapak  mondong    / menggandeng  calon  mempelai  wanita sampai  kamar, atau  bisa  menggendong dengan 3 langkah  kaki  sebagai   simbolis, diikuti  oleh  Ibu   Perias  untuk  ganti  baju dst ,untuk   mempersiapkan  acara  purak  tumpang   robyong, acara   ini   dimaksudkan    untuk  membawa   anak   pada   kehidupan  mandiri   dan  membina   kelurga   sendiri
  • PENDEM   RIKMO :Usai  menggendong, Bapak  dan  Ibu  Dwi  keluar lagi  untuk   menanam   potongan   rambut   di  halaman   rumah, bisa di tanah, atau  pot bunga. 

Tata Cara Pernikahan Adat Jogjakarta
Pada adat Yogyakarta cara pernikahannya ada beberapa tahap, hemmm sedikit rumit nie. Tapi acara pernikahan emang ga gampangkan. Yuk lanjut simak apa yng admin ketahui soal tata cara pernikahan adat Jogjakarta. Berikut Tata Cara Pernikahan Adat Jogjakarta:
 Nontoni
Nontoni adalah upacara untuk melihat calon pasangan yang akan dikawininya. Dimasa lalu orang yang akan nikah belum tentu kenal terhadap orang yang akan dinikahinya, bahkan terkadang belum pernah melihatnya, meskipun ada kemungkinan juga mereka sudah tahu dan mengenal atau pernah melihatnya.
Agar ada gambaran siapa jodohnya nanti maka diadakan tata cara nontoni. Biasanya tata cara ini diprakarsai pihak pria. Setelah orang tua si perjaka yang akan diperjodohkan telah mengirimkan penyelidikannya tentang keadaan si gadis yang akan diambil menantu. Penyelidikan itu dinamakan dom sumuruping banyu atau penyelidikan secara rahasia.
Setelah hasil nontoni ini memuaskan, dan siperjaka sanggup menerima pilihan orang tuanya, maka diadakan musyawarah diantara orang tua / pinisepuh si perjaka untuk menentukan tata cara lamaran.
 Lamaran
Melamar artinya meminang, karena pada zaman dulu diantara pria dan wanita yang akan menikah terkadang masih belum saling mengenal, jadi hal ini orang tualah yang mencarikan jodoh dengan cara menanyakan kepada seseorang apakah puterinya sudah atau belum mempunyai calon suami. Dari sini bisa dirembug hari baik untuk menerima lamaran atas persetujuan bersama.
Upacara lamaran: Pada hari yang telah ditetapkan, datanglah utusan dari calon besan yaitu orang tua calon pengantin pria dengan membawa oleh-oleh. Pada zaman dulu yang lazim disebut Jodang ( tempat makanan dan lain sebagainya ) yang dipikul oleh empat orang pria. Makanan tersebut biasanya terbuat dari beras ketan antara lain : Jadah, wajik, rengginan dan sebagainya. Menurut naluri makanan tersebut mengandung makna sebagaimana sifat dari bahan baku ketan yang banyak glutennya sehingga lengket dan diharapkan kelak kedua pengantin dan antar besan tetap lengket (pliket,Jawa). Setelah lamaran diterima kemudian kedua belah pihak merundingkan hari baik untuk melaksanakan upacara peningsetan. Banyak keluarga Jawa masih melestarikan sistem pemilihan hari pasaran pancawara dalam menentukan hari baik untuk upacara peningsetan dan hari ijab pernikahan.
Peningsetan
Kata peningsetan adalah dari kata dasar singset (Jawa) yang berarti ikat, peningsetan jadi berarti pengikat. Peningsetan adalah suatu upacara penyerahan sesuatu sebagai pengikat dari orang tua pihak pengantin pria kepada pihak calon pengantin putri. Menurut tradisi peningset terdiri dari : Kain batik, bahan kebaya, semekan, perhiasan emas, uang yang lazim disebut tukon ( imbalan) disesuaikan kemampuan ekonominya, jodang yang berisi: jadah, wajik, rengginan, gula, teh, pisang raja satu tangkep, lauk pauk dan satu jenjang kelapa yang dipikul tersendiri, satu jodoh ayam hidup. Untuk menyambut kedatangan ini diiringi dengan gending Nala Ganjur . Biasanya penentuan hari baik pernikahan ditentukan bersama antara kedua pihak setelah upacara peningsetan.
Upacara Tarub
Tarub adalah hiasan janur kuning ( daun kelapa yang masih muda ) yang dipasang tepi tratag yang terbuat dari bleketepe ( anyaman daun kelapa yang hijau ). Pemasangan tarub biasanya dipasang saat bersamaan dengan memandikan calon pengantin ( siraman, Jawa ) yaitu satu hari sebelum pernikahan itu dilaksanakan.
Untuk perlengkapan tarub selain janur kuning masih ada lagi antara lain yang disebut dengan tuwuhan. Adapun macamnya :
Dua batang pohon pisang raja yang buahnya tua/matang.
Dua janjang kelapa gading ( cengkir gading, Jawa )
Dua untai padi yang sudah tua.
Dua batang pohon tebu wulung ( tebu hitam ) yang lurus.
Daun beringin secukupnya.
Daun dadap srep.
Tuwuhan dan gegodongan ini dipasang di kiri pintu gerbang satu unit dan dikanan pintu gerbang satu unit ( bila selesai pisang dan kelapa bisa diperebutkan pada anak-anak ) Selain pemasangan tarub diatas masih delengkapi dengan perlengkapan-perlengkapan sbb. (Ini merupakan petuah dan nasehat yang adi luhung, harapan serta do’a kepada Tuhan Yang Maha Kuasa ) yang dilambangkan melalui:
1. Pisang raja dan pisang pulut yang berjumlah genap.
2. Jajan pasar
3. Nasi liwet yang dileri lauk serundeng.
4. Kopi pahit, teh pahit, dan sebatang rokok.
5. Roti tawar.
6. Jadah bakar.
7. Tempe keripik.
8. Ketan, kolak, apem.
9. Tumpeng gundul
10. Nasi golong sejodo yang diberi lauk.
11. Jeroan sapi, ento-ento, peyek gereh, gebing
12. Golong lulut.
13. Nasi gebuli
14. Nasi punar
15. Ayam 1 ekor
16. Pisang pulut 1 lirang
17. Pisang raja 1 lirang
18. Buah-buahan + jajan pasar ditaruh yang tengah-tengahnya diberi tumpeng kecil.
19. Daun sirih, kapur dan gambir
20. Kembang telon (melati, kenanga dan kantil)
21. Jenang merah, jenang putih, jenang baro-baro.
22. Empon-empon, temulawak, temu giring, dlingo, bengle, kunir, kencur.
23. Tampah(niru) kecil yang berisi beras 1 takir yang diatasnya 1 butir telor ayam mentah, uang logam, gula merah 1 tangkep, 1 butir kelapa.
24. Empluk-empluk tanah liat berisi beras, kemiri gepak jendul, kluwak, pengilon, jungkat, suri, lenga sundul langit
25. Ayam jantan hidup
26. Tikar
27. Kendi, damar jlupak (lampu dari tanah liat) dinyalakan
28. Kepala/daging kerbau dan jeroan komplit
29. Tempe mentah terbungkus daun dengan tali dari tangkai padi ( merang )
30. Sayur pada mara
31. Kolak kencana
32. Nasi gebuli
33. Pisang emas 1 lirang
Masih ada lagi petuah-petuah dan nasehat-nasehat yang dilambangkan melalui : Tumpeng kecil-kecil merah, putih,kuning, hitam, hijau, yang dilengkapi dengan buah-buahan, bunga telon, gocok mentah dan uang logam yang diwadahi diatas ancak yang ditaruh di:
1. Area sumur
2. Area memasak nasi
3. Tempat membuat minum
4. Tarub
5. Untuk menebus kembarmayang ( kaum )
6. Tempat penyiapan makanan yanh akan dihidangkan.
7. Jembatan
8. Prapatan.
5. Nyantri
Upacara nyantri adalah menitipkan calon pengantin pria kepada keluarga pengantin putri 1 sampai 2 hari sebelum pernikahan. Calon pengantin pria ini akan ditempat kan dirumsh saudara atau tetangga dekat. Upacara nyantri ini dimaksudkan untuk melancarkan jalannya upacara pernikahan, sehingga saat-saat upacara pernikahan dilangsungkan maka calon pengantin pria sudah siap dit3empat sehingga tidak merepotkan pihak keluarga pengantin putri.
Upacara Siraman
Siraman dari kata dasar siram ( Jawa ) yang berarti mandi. Yang dimaksud dengan siraman adalah memandikan calon pengantin yang mengandung arti membershkan diri agar menjadi suci dan murni. Bahan-bahan untuk upacara siraman :
Kembang setaman secukupnya
Lima macam konyoh panca warna ( penggosok badan yang terbuat dari beras kencur yang dikasih pewarna)
Dua butir kelapa hijau yang tua yang masih ada sabutnya.
Kendi atai klenting
Tikar ukuran ½ meter persegi
Mori putih ½ meter persegi
Daun-daun : kluwih, koro, awar-awar, turi, dadap srep, alang-alang
Dlingo bengle
Lima macam bangun tulak ( kain putih yang ditepinnya diwarnai biru)
Satu macam yuyu sekandang ( kain lurik tenun berwarna coklat ada garis-garis benang kuning)
Satu macam pulo watu (kain lurik berwarna putih lorek hitam), 1 helai letrek ( kain kuning), 1 helai jinggo (kain merah).
Sampo dari londo merang ( air dari merang yang dibakar didalam jembangan dari tanah liat kemudian saat merangnya habis terbakar segera apinya disiram air, air ini dinamakan air londo)
Asem, santan kanil, 2meter persegi mori, 1 helai kain nogosari, 1 helai kain grompol, 1 helai kain semen, 1 helai kain sidomukti atau kain sidoasih
Sabun dan handuk.
Saat akan melaksanakan siraman ada petuah-petuah dan nasehat serta doa-doa dan harapan yang di simbulkan dalam:
Tumpeng robyong
Tumpeng gundul
Nasi asrep-asrepan
Jajan pasar, pisang raja 1 sisir, pisang pulut 1 sisir, 7 macam jenang
Empluk kecil ( wadah dari tanah liat) yang diisi bumbu dapur dan sedikit beras
1 butir telor ayam mentah
Juplak diisi minyak kelapa
1 butir kelapa hijau tanpa sabut
Gula jawa 1 tangkep
1 ekor ayam jantan
Untuk menjaga kesehatan calon pengantin supaya tidak kedinginan maka ditetapkan tujuh orang yang memandikan, tujuh sama dengan pitu ( Jawa ) yang berarti pitulung (Jawa) yang berarti pertolongan. Upacara siraman ini diakhiri oleh juru rias ( pemaes ) dengan memecah kendi dari tanah liat.
Midodareni
Midodareni berasal dari kata dasar widodari ( Jawa ) yang berarti bidadari yaitu putri dari sorga yang sangat cantik dan sangat harum baunya. Midodareni biasanya dilaksanakan antara jam 18.00 sampai dengan jam 24.00 ini disebut juga sebagai malam midodareni, calon penganten tidak boleh tidur.
Saat akan melaksanakan midodaren ada petuah-petuah dan nasehat serta doa-doa dan harapan yang di simbulkan dalam:
Sepasang kembarmayang ( dipasang di kamar pengantin )
Sepasang klemuk ( periuk ) yang diisi dengan bumbu pawon, biji-bijian, empon-empon dan dua helai bangun tulak untuk menutup klemuk tadi
Sepasang kendi yang diisi air suci yang cucuknya ditutup dengan daun dadap srep ( tulang daun/ tangkai daun ), Mayang jambe (buah pinang), daun sirih yang dihias dengan kapur.
Baki yang berisi potongan daun pandan, parutan kencur, laos, jeruk purut, minyak wangi, baki ini ditaruh dibawah tepat tidur supaya ruangan berbau wangi.
Adapun dengan selesainya midodareni saat jam 24.00 calon pengantin dan keluarganya bisa makan hidangan yang terdiri dari :
Nasi gurih
Sepasang ayam yang dimasak lembaran ( ingkung, Jawa )
Sambel pecel, sambel pencok, lalapan
Krecek
Roti tawar, gula jawa
Kopi pahit dan teh pahit
Rujak degan
Dengan lampu juplak minyak kelapa untuk penerangan ( jaman dulu)
Upacara Langkahan
Langkahan berasal dari kata dasar langkah (Jawa) yang berarti lompat, upacara langkahan disini dimaksudkan apabila pengantin menikah mendahului kakaknya yang belum nikah , maka sebelum akad nikah dimulai maka calon pengantin diwajibkan minta izin kepada kakak yang dilangkahi.
Upacara Ijab
Ijab atau ijab kabul adalah pengesahan pernihakan sesuai agama pasangan pengantin. Secara tradisi dalam upacara ini keluarga pengantin perempuan menyerahkan / menikahkan anaknya kepada pengantin pria, dan keluarga pengantin pria menerima pengantin wanita dan disertai dengan penyerahan emas kawin bagi pengantin perempuan. Upacara ijab qobul biasanya dipimpin oleh petugas dari kantor urusan agama sehingga syarat dan rukunnya ijab qobul akan syah menurut syariat agama dan disaksikan oleh pejabat pemerintah atau petugas catatan sipil yang akan mencatat pernikahan mereka di catatan pemerintah.
Upacara Panggih
Panggih ( Jawa ) berarti bertemu, setelah upacara akad nikah selesai baru upacara panggih bisa dilaksanaakan,. Pengantin pria kembali ketempat penantiannya, sedang pengantin putri kembali ke kamar pengantin. Setelah semuanya siap maka upacara panggih dapat segera dimulai.
Untuk melengkapi upacara panggih tersebut sesuai dengan busana gaya Yogyakarta dengan iringan gending Jawa:
1. Gending Bindri untuk mengiringi kedatangan penantin pria
2. Gending Ladrang Pengantin untuk mengiringi upacara panggih mulai dari balangan ( saling melempar ) sirih, wijik ( pengantin putri mencuci kaki pengantin pria ), pecah telor oleh pemaes.
3. Gending Boyong/Gending Puspowarno untuk mengiringi tampa kaya (kacar-kucur), lambang penyerahan nafkah dahar walimah. Setelah dahar walimah selesai, gending itu bunyinya dilemahkan untuk mengiringi datangnya sang besan dan dilanjutkan upacara sungkeman

 

Perbedaan Ritual WijikandanNgidakTigan

Ritual WijikandanNgidakTiganadalahsebuah ritual yang adasaatupacarapernikahanadatJawa.Ritual Wijikanterdapatpadaupacarapernikahanadatjogja, sedangkanngidaktiganterdapatpadaupacaraadat Surakarta.Baik Jogjakarta maupun Surakarta meskipunjaraknyaberdekatan, namunmemilikikerajaantersendiri yang memberikanpengaruhbesarpadazamandahulusalahsatunyapadabentukupacarapernikahanadatnya.
Hal inibermulapadaPerjanjianGiyantitahun 1755 yang menjadititikpuncakperpecahansehinggamengakiriDinastiMatarammenjadiduakerajaanyakniKesultananNgayogyakartaHadiningrat (Yogyakarta) danKasunan Surakarta Hadiningrat (Solo). Perpecahanitujugaberpengaruhpadatatacarapernikahanhinggaperlengkapan yang dulunyasama. Salah satunyaialahprosesiwijikan (Yogyakarta) danngidaktigan (Solo).Keduaprosesiinihakikatnyasamayaitumembasuh kaki mempelaipria. Namundemikianmemilikiperbedaansebagaiberikut: 

Wijikan (Yogyakarta)
ProsesiWijikanjugadikenaldengansebutanranupada. DalambahasaJawa, “ranu” berarti air dan “pada” diartikan kaki, jikadiartikansecaralengkap, ritualranupadaberartimembasuh kaki. Dalamhalini, yang dimaksudadalah kaki mempelaipria yang dibasuhkanolehmempelaiperempuan.Wijikanmencerminkanwujudbaktiistrikepadasuaminya.Selainitu, wijikanjugabertujuanuntukmenghilangkanrintangan agar terciptakeluargabahagiadandijauhkandarikesulitandanmarabahaya.
Untukpelaksanaannyadiawalidenganmasuknyakedua kaki mempelaipriapadakotakpersegipanjang yang telahdiberiirisandaunpandanbercampurbungamelati.Kemudianakandibasuhdengan air bungasetamanolehistri. Paling tidakmempelaiperempuanmembasuhkan air bungasetamanpadakedua kaki mempelaipriasebanyaktiga kali.Setelahitudilanjutkandenganmengelap kaki hinggakering. 
Kemudianmempelaiperempuanmenghaturkansembahsebagaibaktinya.Mempelaipriakemudianmembantupasangannyaberdiri.Hal Inimelambangkanperlindunganseorangsuamikepadaistri.Keduamempelaisalingberhadapan, lalupemanduadatatauperiasmenyentuhkantelurayammentahpadadahimasing-masingmempelai.  Selanjutnyatelurtersebutdijatuhkanpadakotakpersegipanjangsampaipecah, sambilberharap agar keduamempelailekasmempunyaimomongan yang berbudibaik.

NgidakTigan
Upacarangidaktigantidakjauhberbedadenganwijikan.Prosesiinimenyimpanharapandantujuan yang samapersisdenganwijikan. Kaki mempelaipriadibasuhdenganpenuhbaktiolehmempelaiwanitasepertiseharusnyasikapseorangistri yang wajibberbaktidanmelayanisuamidenganpenuhkeikhlasan.Perbedaandenganprosesiwijikanterdapatpadatahapngidaktigan yang berartimenginjaktelur. 
Penginjakantelurolehmempelaipriamemilikiartiyaitumempelaipriasiapmemberikanketurunan.Olehkarenaituprosesiini pun dikenaldengansebutanwijidadi yang bermaknapenyatuanbenihuntukmelanjutkanketurunan.Untuktatacaradanperlengkapan yang digunakantentuberbeda. Menjelangpernikahan, telahdipersiapkanperlengkapansepertinampanbertaburirisandaunpandan, kelopakmawar, bungamelati, dankenanga, air bungasetaman, handukkecil, sertatelurayamkampungmentah. Upacarainidimulaidenganpenginjakantelurolehdengan kaki kanannya di atasnampan. 
Kemudianmempelaiperempuanmembasuh kaki mempelaipriadenganlembutdandikeringkandenganhandukkecilsebagaisimbolbaktiistriterhadapsuami.Mempelaiperempuanmenyatukankeduatelapaktangannyaserayamenghaturkansembahnyakepadamempelaipria, Kemudianmempelaipriamenyambutdenganmengulurkantanganuntukmenolongpasangannyaberdiri. 
Dari penjelasandapatsimpulkanbahwasebenarnyawijikandanngidaktiganmemilikimaknayang  samanamunberbedadalampelaksanaantatacaranya. Dalamwijikantelurdipecahkemudiandisentuhkanpadadahimempelai.Sedangkandalamngidaktigan, telurdiinjak agar pecah.






Perbedaan manten yogya lan solo           

NO
GAGRAK YOGYA
GAGRAK SOLO
KATRANGAN
1
Nontoni
Nontoni
Nepangakencalon temanten kekalih ingkang sampun di jodohaken, ugo kangge arana silaturahmi dating kaluarga calon besan
2
Lamaran
Lamaran
Upacara ingkang katindakan lan saksampunipun angsal sisik melik lare istri dados incerane cetha dereng  di pung wengkukakung
3
Asok tukon
Asok tukon
Penganten kakung menehake uborampe  marang kaluarga penganten putrid kanggo ganti tagging jawab tiang sepuh
4
Srah srahan, nyantri
Srah srahan
Calon penganten kakung menehke  ubo rampe sak ragat sing bakal kanggo nglaksanake pahargyan penganten.ing yogya enten nyantri utawapenganten lanang dititipake marang kaluarga pengantenn putri
5
Tarub
Tarub
Satunggaling adat  ngawekani datingipun bab bab ingkang mboten prayoga,mila tarub ugi dados sarana tolak balak
6
Siraman
Siraman
Kanggo ngresikake jiwa  calon penganten lan kanggo penghormatan terakhir tiang sepuh hang ngunsi anake menika. Solo enten penganten putrid di bopong kalih penganten putra teng yogya mecah kendhi
7
Midodareni
Midodareni
Penganten putrid ora metu saka kamar awit jam 6 sore nganti tengah wengi lan di kancani deneng sedulur2 putrine sing ngancani sinambi aweh nasehat
8
Ijab
Ijab
Acara nalika penganten kakung ngucapke janji bebojoan karo penganten putrid lan di sekseni  wong akeh supaya  bisa sah
9
Panggih
Panggih
Kembang mayang di gowo metu seko omah lan di delekke  neng prantan cedhak ngomah banjur di srempet ake marang penganten kakung.
10
resepsi
resepsi
Upacara pahargyan sak wise ijab qobul kaleksanaaken.

 

 

 

 

Pernikahan Adat Solo


I. PELAKSANAAN PRA NIKAH ADAT SOLO

  • Nontoni
Bagian pertama dari rangkaian prosesi pernikahan solo adalah Nontoni. Proses nontoni ini dilakukan oleh pihak keluarga pria. Tujuan dari nontoni adalah untuk mengetahui status gadis yang akan dijodohkan dengan anaknya, apakah masih legan (sendiri) atau telah memiliki pilihan sendiri. Hal ini dilakukan untuk menjaga agar jangan sampai terjadi benturan dengan pihak lain yang juga menghendaki si gadis menjadi menantunya. Bila dalam nontoni terdapat kecocokan dan juga mendapat ‘lampu hijau’ dari pihak gadis, tahap berikutnya akan dilaksanakan panembung.
  • Panembung
Panembung dapat diartikan sebagai melamar. Dalam melamar seorang gadis yang akan dijadikan jodoh, biasanya dilakukan sendiri oleh pihak pria disertai keluarga seperlunya. Tetapi bagian ini bisa juga diwakilkan kepada sesepuh atau orang yang dipercaya disertai beberapa orang teman sebagai saksi. Setelah pihak pria menyampaikan maksud kedatangannya, orangtua gadis tidak langsung menjawab boleh atau tidak putrinya diperistri. Untuk menjaga tata trapsila, jawaban yang disampaikan kepada keluarga laki-laki akan ditanyakan dahulu kepada sang putrid. Untuk itu pihak pria dimohon bersabar. Jawaban ini tentu saja dimaksudkan agat tidak mendahului kehendak yang akan menjalankan, yaitu sang gadis, juga agar taj menurunkan wibawa pihak keluarganya. Biasanya mereka akan meminta waktu untuk memberikan jawaban sekitar sepasar atau 5 hari.
  • Paningset
Apabila sang gadis bersedia dijodohkan dengan pria yang melamarnya, maka jawaban akan disampaikan kepada pihak keluarga pria, sekaligus memberikan perkiraan mengenai proses selanjutnya. Hal ini dimaksudkan agar kedua keluarga bisa menentukan hari baik untuk mewujudkan rencana pernikahan. Pada saat itu, orangtua pihak pria akan membuat ikatan pembicaraan lamaran dengan pasrah paningset (sarana pengikat perjodohan). Paningset diserahkan oleh pihak calon pengantin pria kepada pihak calon pengantin wanita paling lambat lima hari sebelum pernikahan. Namun belakangan, dengan alasan kepraktisan, acara srah-srahan paningset sering digabungkan bersamaan dengan upacara midodareni.

II. PELAKSANAAN PERNIKAHAN ADAT

Pelaksanaan pernikahan di Solo mempunyai tatanan yang memuat pokok-pokok tradisi Jawa sebagai berikut :
1. SOWAN LUHUR
Maksudnya adalah meminta doa restu dari para sesepuh dan piyagung serta melakukan ziarah kubur ke tempat leluhurnya.
2. WILUJENGAN
Merupakan ritual sebagai wujud permohonan kepada Tuhan Yang Maha Esa supaya dalam melaksanakan hajat diberi keselamatan dan dijauhkan dari segala halangan. Dalam wilujengan ini memakai sarat berupa makanan dengan lauk-pauk, seperti ‘sekul wuduk’ dan ‘sekul golong’ beserta ingkung (ayam utuh). Dalam wilujengan ini semua sarat ubarampe enak dimakan oleh manusia.
3. PASANG TARUB
Merupakan tradisi membuat ‘bleketepe’ atau anyaman daun kelapa untuk dijadikan atap atau peneduh resepsi manton. Tatacara ini mengambil ‘wewarah’ atau ajaran Ki Ageng Tarub, salah satu leluhur raja-raja Mataram. Saat mempunyai hajat menikahkan anaknya Dewi Nawangsih dengan Raden Bondan Kejawan, Ki Ageng membuat peneduh dari anyaman daun kelapa. Hal itu dilakukan dkarena rumah Ki Ageng uang kecil tidak dapat memuat semua tamu, sehingga tamu yang diluar diteduhi dengan ‘payon’ itu ruang yang dipergunakan untuk para tamu Agung yang luas dan dapat menampung seluruh tamu. Kemudian payon dari daun kelapa itu disebut ‘tarub’, berasal dari nama orang yang pertama membuatnya. Tatacara memasang tarub adalah bapak naik tangga sedangkan ibu memegangi tangga sambil membantu memberikan ‘bleketepe’ (anyaman daun kelapa). Tatacara ini menjadi perlambang gotong royong kedua orang tua yang menjadi pengayom keluarga.
4. PASANG TUWUHAN
Tuwuhan mengandung arti suatu harapan kepada anak yang dijodohkan dapat memperoleh keturunan, untuk melangsungkan sejarah keluarga.
Tuwuhan terdiri dari :
A. Pohon pisang raja yang buahnya sudah masuk
Maksud dipilih pisang yang sudah masak adalah diharapkan pasangan yang akan menikah telah mempunyai pemikiran dewasa atau telah masak. Sedangkan pisang raja mempunyai makna pengharapan agar pasangan yang akan dinikahkan kelak mempunyai kemakmuran, kemuliaan dan kehormatan seperti raja.
B. Tebu wulung
Tebu wulung berwarna merah tua sebagai gambaran tuk-ing memanis atau sumber manis. Hal ini melambangkan kehidupan yang serba enak. Sedangkan makna wulung bagi orang Jawa berarti sepuh atau tua. Setelah memasuki jenjang perkawinan, diharapkan kedua mempelai mempunyai jiwa sepuh yang selalu bertindak dengan ‘kewicaksanaan’ atau kebijakan.
C. Cengkir gadhing
Merupakan symbol dari kandungan tempat si jabang bayi atau lambing keturunan.
D. Daun randu dari pari sewuli
Randu melambangkan sandang, sedangkan pari melambangkan pangan. Sehinggahal itu bermakna agar kedua mempelai selalu tercukupi sandang dan pangannya.
E. Godhong apa-apa (bermacam-macam dedaunan)
Seperti daun beringin yang melambangkan pengayoman, rumput alang-alang dengan harapan agar terbebas dari segala halangan.
5. SIRAMAN DAN SADE DAWET (DODOL DAWET)
Peralatan yang dipaka untuk siraman adalah sekar manca warna yang dimasukkan ke dalam jembangan, kelapa yang dibelah untuk gayung mandi, serta jajan pasar, dan tumpeng robyong. Air yang dipergunakan dalam siraman ini diambil dari tujuh sumber air, atau air tempuran. Orang yang menyiram berjumlah 9 orang sesepuh termasuk ayah. Jumlah sembilan tersebut menurut budaya Keraton Surakarta untuk mengenang keluhuran Wali Sanga, yang bermakna manunggalnya Jawa dan Islam. Selain itu angka sembilan juga bermakna ‘babakan hawa sanga’ yang harus dikendalikan.
Pelaksanaan tradisi ini
Masing-masing sesepuh melaksanakan siraman sebanyak tiga kali dengan gayung yang terbuat dari tempurung kelapa yang diakhiri siraman oleh ayah mempelai wanita. Setelah itu bapak mempelai wanita memecah klenthing atau kendhi, sambil berucap ‘ora mecah kendhi nanging mecah pamore anakku’.
Seusaii siraman calon pengantin wanita dibopong (digendong) oleh ayah ibu menuju kamar pengantin. Selanjutnya sang Ayah menggunting tigas rikmo (sebagian rambut di tengkuk) calon pengantin wanita. Potongan rambut tersebut diberikan kepada sang ibu untuk disimpan ke dalam cepuk (tempat perhiasan), lalu ditanam di halaman rumah. Upacara ini bermakna membuang hal-hal kotor dari calon pengantin wanita. Kemudian rambut calon pengantin wanita. Kemudian rambut calon pengantin wanita dikeringkan sambil diharumi asap ratus, untuk selanjutnya ‘dihalubi-halubi’ atau dibuat cengkorong paes. Selanjutnya rambut dirias dengan ukel konde tanpa perhiasan, dan tanpa bunga.
Dodol Dawet
Pada saat calon pengantin dibuat cengkorong paes itu, kedua orangtua menjalankan tatacara ‘dodol dawet’ (menjual dawet). Disamping dawet itu sebagai hidangan, juga diambil makna dari cendol yang berbentuk bundar merupakan lambing kebulatan kehendak orangtua untuk menjodohkan anak.
Bagi orang yang akan membeli dawet tersebut harus membayar dengan ‘kreweng’ (pecahan genting) bukan dengan uang. Hal ini menunjukkan bahwa kehidupan manusia berasal dari bumi. Yang melayani pembeli adalah ibu, sedangkan yang menerima pembayaran adalah bapak. Hal ini mengajarkan kepada anak mereka yang akan menikah tentang bagaimana mencari nafkah sebagai suami istri , harus saling membantu.

6. SENGKERAN
Setelah calon pengantin wanita ‘dihaluh-halubi’ atau dibuat cengkorong paes lalu ‘disengker’ atau dipingit. Artinya tidak boleh keluar dari halaman rumah.
Hal ini untuk menjaga keselamatannya. Pemingitan ini dulu dilakukan selama seminggu, atau minimal 3 hari. Yang mana dalam masa ini, calon pengantin putri setiap malam dilulur dan mendapat banyak petuah mengenai bagaimana menjadi seorang istri dan ibu dalam menjalani kehidupan dan mendampingi suami, serta mengatur rumah tangga.
7. MIDODARENI ATAU MAJEMUKAN
Malam menjelang dilaksanakan ijab dan panggih disebur malam midodareni. Midodareni berasal dari kata widodari. Masyarakat Jawa tradisional percaya bahwa pada malam tersebut, para bidadari dari kayangan akan turun ke bumi dan bertandang ke kediaman calon pengantin wanita, untuk menyempurnakan dan mepercantik pengantin wanita.
Prosesi yang dilaksanakan pada malam midodareni
A. Jonggolan
Datangnya calon pengantin ke tempat calon mertua. ‘Njonggol’ diartikan sebagai menampakkan diri. Tujuannya untuk menunjukkan bahwa dirinya dalam keadaan sehat dan selamat, dan hatinya telah mantap untuk menikahi putri mereka. Selama berada di rumah calon pengantin wanita, calon pengantin pria menunggu di beranda dan hanya disuguhi air putih.
B. Tantingan
Kedua orangtua mendatangi calon pengantin wanita di dalam kamar, menanyakan kemantapan hatinya untuk berumah tangga. Maka calon pengantin wanita akan menyatakan ia ikhlas menyerahkan sepenuhnya kepada orangtua, tetapi mengajukan permintaan kepada sang ayah untuk mencarikan ‘kembar mayang’ sebagai isyarat perkawinan.
C. Turunnya Kembar Mayang
Turunnya kembar mayang merupakan saat sepasang kembar mayang dibuat. Kembar mayang ini milik para dewa yang menjadi persyaratan, yaitu sebagai sarana calon pengantin perempuan berumah tangga. Dalam kepercayaan Jawa, kembar mayang hanya dipinjam dari dewa, sehingga apabila sudah selesai dikembalikan lagi ke bumi atau dilabuh melalui air. Dua kembar mayang tersebut dinamakan Dewandaru dan Kalpandaru. Dewandaru mempunyai arti wahyu pengayoman. Maknanya adalah agar pengantin pria dapat memberikan pengayoman lahir dan batin kepada keluarganya. Sedangkan Kalpandaru, berasal dari kata kalpa yang artinya langgeng dan daru yang berarti wahyu. Maksudnya adalah wahyu kelanggengan, yaitu agar kehidupan rumah tangga dapat abadi selamanya.
D. Wilujengan Majemukan
Wilujengan Majemukan adalah silahturahmi antara keluarga calon pengantin pria dan wanita yang bermakna kerelaan kedua pihak untuk saling berbesanan. Selanjutnya ibu calon pengantin wanita menyerahkan angsul-angsul atau oleh-oleh berupa makanan untuk dibawa pulang kepada ibu calon pengantin pria. Sesaat sebelum rombongan pulang, orang tua calon pengantin wanita memberikan kepada calon pengantin pria.
8. IJAB PANIKAH
Pelaksanaan ijab panikah ini mengacu pada agama yang dianut oleh pengantin. Dalam tata cara Keraton, saat ijab panikah dilaksanakan oleh penghulu, tempat duduk penghulu maupun mempelai diatur sebagai berikut :
• Pengantin laki-laki menghadap barat
• Naib di sebelah barat menghadap timur
• Wali menghadap ke selatan, dan para saksi bisa menyesuaikan

 
Materi Administrasi Perkantoran Pangkat dan Jabatan Blogger Template by Ipietoon Blogger Template