TUGAS BAHASA JAWA
UPACARA MANTU ADAT JOGJA DAN SOLO
Perbedaan pernikahan adat Solo dan Jogjakarta. Dalam
pernikahan adat Solo, terdapat upacara potong rambut dan Dodol Dawet, sementara
dalam pernikahan adat Yogyakarta tidak terdapat upacara potong rambut maupun
Dodol Dawet, setelah siraman langsung disambung dengan Dulangan.Perbedaan juga
terletak pada saat malam Midodareni. Terdapat upacara jual beli kembang mayang
dalam adat Solo, sedangkan dalam adat Yogyakarta, kembar mayang sudah siap di
pedaringan mulai sore sebelum pelaksanaan Malam Midodareni.
Beberapa
perbedaan signifikan juga terletak pada pelaksanaan Panggih. Pada upacara
lempar sirih, Adat Solo hanya melakukan satu kali pelemparan baik dari mempelai
pria maupun wanita. Dalam adat Yogyakarta, pria harus melempar 4 lintang sirih,
dan wanita harus melempar 3 lintang sirih.Masih dalam proses pelaksanaan
Panggih, perbedaan acara injak telur terletak pada pelaku pemecahnya. Jika
dalam adat Solo telur diinjak pengantin pria dan kemudian pengantin wanita
mencuci kakinya, maka dalam adat Yogyakarta pengantin wanita mencuci kaki
pengantin pria terlebih dahulu setelah itu telur disentuhkan kepada kedua
kening pengantin baru kemudian dipecah oleh perias.
Dalam proses
terakhir pelaksanaan Panggih yang terakhir, pengantin wanita dalam adat Solo
diselimuti oleh sindur oleh ibunya, kemudian menuju pelaminan dipandu oleh ayah
dari pengantin wanita pula. Sedangkan dalam adat Yogyakarta, pengantin langsung
ke pelaminan dengan didampingi kedua orangtua mempelai wanita.
Pada prosesi
Kacarkucur, terdapat juga beberapa perbedaan yang mencolok. Pada pernikahan
adat Solo, terdapat upacara timbangan (di mana saat ayah dari pengantin wanita memangku
kedua mempelai di pelaminan, yang menandakan bahwa kedua mempelai sama-sama
disayangi oleh orangtuanya), upacara tandur (di mana saat ayah pengantin wanita
mendudukkan kedua mempelai di pelaminan, menandakan bahwa pernikahan mereka
mendapat restu), upacara dhahar klimah (di mana saat kedua pengantin makan
sendiri-sendiri), dan juga upacara minum rujak degan.
Sedangkan
dalam pernikahan adat Yogyakarta, tidak ditemui upacara timbangan, namun
terdapat upacara Tampa Kaya (di saat pengantin wanita menerima barang-barang
dari pengantin pria, melambangkan bahwa suami taidak boleh picik), upacara
Dhahar Klimah (namun kali ini, hanya pengantin wanita yang makan), dan tidak
ada upacara minum degan.
Beberapa Perbedaan Riasan Dan Busana Pengantin Solo - Jogja
Walaupun Solo dan Jogja secara geografis letaknya tidak
terlalu jauh, ada beberapa perbedaan dalam hal riasan dan busana pengantin.
yuuuk dibahas satu persatu jeng,,
Pengantin Solo
Pengantin Solo
Adat Solo Putri
Pada pengantin Solo Putri itu menggunakan paes hitam pekat dengan sanggul ukel, diatas rambut diberi cundhuk sisir dan cundhuk mentul yang berjumlah 7 atau 9 (harus ganjil), dan tentu saja ada untaian bunga melati yang panjang terjuntai dari kepala pengantin melewati pundak dan menjuntai di sebagian badan pengantin wanita.
Pada pengantin Solo Putri itu menggunakan paes hitam pekat dengan sanggul ukel, diatas rambut diberi cundhuk sisir dan cundhuk mentul yang berjumlah 7 atau 9 (harus ganjil), dan tentu saja ada untaian bunga melati yang panjang terjuntai dari kepala pengantin melewati pundak dan menjuntai di sebagian badan pengantin wanita.
Dalam hal busana, untuk pengantin Solo Basahan, pengantin wanita menggunakan kemben sebagai penutup dada, kain dodot, selendang cinde, sekar merah dan kain jarik warna senada, serta untaian bunga dan daun pandan. Busana basahan pengantin pria berupa dodot yang bermotif sama dengan mempelai wanita, kuluk sebagai penutup kepala, stagen, sabuk timang, celana cinde.
Apabila pengantin menggunakan busana Solo Basahan dan memakai baju beludru maka disebut Solo Basahan Keprabon. Menurutku untuk model Solo Basahan Keprabon ini terlihat lebih elegan, anggun dan berkelas dan meminimalisisir resiko masuk angin setelah acara pernikahan usai
Pengantin Jogja
Dandanan Jogja Putri paes hitam pekat pada dahi pengantin wanita terlihat lebih runcing dibanding pada pengantin Solo. Untuk hiasan sanggulnya hanya menggunakan bunga yang diselipkan di sanggul kiri dan kanan, tidak memakai untaian bunga melati yang panjang seperti pengantin Solo
Untuk paes ageng jangan menir Jogja, rambut pengantin bagian depan tidak disasak melainkan disekeliling paes yang berwarna hitam diberi prada emas. Memakai cundhuk mentul tetapi jumlahnya hanya lima, bentuk cundhuk sisirnya juga berbeda dengan cundhuk sisir pengantin Solo. Busana pengantin wanita menggunakan kebaya biasa sedangkan pengantin pria menggunakan beskap dan blangkon Jogja.Paes ageng basahan riasan rambutnya sama dengan paes ageng jangan menir hanya saja busananya berbeda, untuk bawahannya menggenakan kain cinde merah. Kedua pengantin menggunakan dodot dan bagian atas tubuhnya terbuka.
Sedangkan paes ageng kanigaran dandanan rambut dan rias wajah sama dengan paes ageng basahan hanya saja menggunakan baju beludru sebagai penutup tubuh bagian atas.
Dalam setiap riasan dan busana yang dikenakan oleh pengantin baik solo maupun jogja, masing - masing memiliki arti simbolik dan kesakralan . Untuk arti simbolik dalam setiap pernikahan tersebut akan kita bahas dilain kesempatan.
KEUNIKAN SIRAMMAN ADAT JAWA JOGJA DAN SOLO
SIRAMAN DAPAT BERARTI MENSUCIKAN DIRI SEHINGGA PADA SAAT MENIKAH BERSIH SECARA JASMANI DAN ROHANI.
prosesi akad a nikah ini sudah lama sedikit memudar seiring dengan perkembangan jaman yang semakin modern sehingga masyarakat memupus adat istiadat sedikit demi sedikit.alat- alat - alat yang dibutuhkan untuk siraman :
- air dengan bunga
- dua buah kelapa gading
- mangir
- kendi berisi air wudhu
- kursi diatas tikar diberi daun kluwih, daun alang,alang, daun opo-opo, daun dadap serep, daun nenas, kais putih 1/2 meter
- bokor tempat siraman
siraman memberikan banyak arti dan
filosofis
ANGGOTA KELUARGA YANG MENGIKUTI SIRAMAN TERDIRI DARI : ayah dan ibu calon pengantin putri didampingi oleh nenek dan par pini sepuh lain yang akan memandikannya sebanyak 7 orang -- 9 orang, termasuk penata rias, hendaknya yang memandikan memiliki keluarga yang harmonis tanpa mengalami perceraian agar membawa berkah tersendiri bagi sang calon pengantin
ANGGOTA KELUARGA YANG MENGIKUTI SIRAMAN TERDIRI DARI : ayah dan ibu calon pengantin putri didampingi oleh nenek dan par pini sepuh lain yang akan memandikannya sebanyak 7 orang -- 9 orang, termasuk penata rias, hendaknya yang memandikan memiliki keluarga yang harmonis tanpa mengalami perceraian agar membawa berkah tersendiri bagi sang calon pengantin
PROSESINYA
SBB:
- SUNGKEM :calon pengantin sungkem kepada bapak dan ibu untuk memohon maaf dan doa restu
- calon pengatin digiring bapak dan ibu ditempat siraman dan dipersilahkan duduk di tempat yang telah disediakan
- SIRAMAN :kemudian prosesi mandi dilanjutkan oleh bapak ibu dengan menggunakan batik bercorak dengan cakar dan beskap landung untuk bapak , ibu mengenakan kebaya , dilanjautkan dengan mencium pipi kiri dan kanan calon pengantin putri tujuannya untuk membersihkan cdiri calon pengatin putri dari segala kotoran baik jasmani dan rohani sebelum melaksanakan prosesi pernikahan , untuk menunjukkan besarnya kasih sayang yang diberikan untuk calon pengantin putri
- prosesi siraman pengantin dilanjutkan oleh kularga dan perias pengantin
- PECAH PAMOR Bapak /Ibu mengambil kendi yang telah diisi oleh air, kemudian kendi diangkat oleh Bapak dan Ibu , sambil berucap : “ ora mecah - mecah kendi, nangin mecah pamore anakku.”mecah pamor mengharapkan bahwa seoarang anak akan meninggi derajat setelah ia menikah kelak
- TIGAS RIKMO Bapak memotong rambut calon mempelai wanita sisi kanan sementara Ibu sebelah kiri
- PONDONGAN Bapak mondong / menggandeng calon mempelai wanita sampai kamar, atau bisa menggendong dengan 3 langkah kaki sebagai simbolis, diikuti oleh Ibu Perias untuk ganti baju dst ,untuk mempersiapkan acara purak tumpang robyong, acara ini dimaksudkan untuk membawa anak pada kehidupan mandiri dan membina kelurga sendiri
- PENDEM RIKMO :Usai menggendong, Bapak dan Ibu Dwi keluar lagi untuk menanam potongan rambut di halaman rumah, bisa di tanah, atau pot bunga.
Tata Cara Pernikahan Adat
Jogjakarta
Pada adat Yogyakarta cara
pernikahannya ada beberapa tahap, hemmm sedikit rumit nie. Tapi acara
pernikahan emang ga gampangkan. Yuk lanjut simak apa yng admin ketahui soal
tata cara pernikahan adat Jogjakarta. Berikut Tata
Cara Pernikahan Adat Jogjakarta:
Nontoni
Nontoni adalah upacara untuk melihat calon pasangan yang akan dikawininya. Dimasa lalu orang yang akan nikah belum tentu kenal terhadap orang yang akan dinikahinya, bahkan terkadang belum pernah melihatnya, meskipun ada kemungkinan juga mereka sudah tahu dan mengenal atau pernah melihatnya.
Agar ada gambaran siapa jodohnya nanti maka diadakan tata cara nontoni. Biasanya tata cara ini diprakarsai pihak pria. Setelah orang tua si perjaka yang akan diperjodohkan telah mengirimkan penyelidikannya tentang keadaan si gadis yang akan diambil menantu. Penyelidikan itu dinamakan dom sumuruping banyu atau penyelidikan secara rahasia.
Setelah hasil nontoni ini memuaskan, dan siperjaka sanggup menerima pilihan orang tuanya, maka diadakan musyawarah diantara orang tua / pinisepuh si perjaka untuk menentukan tata cara lamaran.
Nontoni adalah upacara untuk melihat calon pasangan yang akan dikawininya. Dimasa lalu orang yang akan nikah belum tentu kenal terhadap orang yang akan dinikahinya, bahkan terkadang belum pernah melihatnya, meskipun ada kemungkinan juga mereka sudah tahu dan mengenal atau pernah melihatnya.
Agar ada gambaran siapa jodohnya nanti maka diadakan tata cara nontoni. Biasanya tata cara ini diprakarsai pihak pria. Setelah orang tua si perjaka yang akan diperjodohkan telah mengirimkan penyelidikannya tentang keadaan si gadis yang akan diambil menantu. Penyelidikan itu dinamakan dom sumuruping banyu atau penyelidikan secara rahasia.
Setelah hasil nontoni ini memuaskan, dan siperjaka sanggup menerima pilihan orang tuanya, maka diadakan musyawarah diantara orang tua / pinisepuh si perjaka untuk menentukan tata cara lamaran.
Lamaran
Melamar artinya meminang, karena pada zaman dulu diantara pria dan wanita yang akan menikah terkadang masih belum saling mengenal, jadi hal ini orang tualah yang mencarikan jodoh dengan cara menanyakan kepada seseorang apakah puterinya sudah atau belum mempunyai calon suami. Dari sini bisa dirembug hari baik untuk menerima lamaran atas persetujuan bersama.
Upacara lamaran: Pada hari yang telah ditetapkan, datanglah utusan dari calon besan yaitu orang tua calon pengantin pria dengan membawa oleh-oleh. Pada zaman dulu yang lazim disebut Jodang ( tempat makanan dan lain sebagainya ) yang dipikul oleh empat orang pria. Makanan tersebut biasanya terbuat dari beras ketan antara lain : Jadah, wajik, rengginan dan sebagainya. Menurut naluri makanan tersebut mengandung makna sebagaimana sifat dari bahan baku ketan yang banyak glutennya sehingga lengket dan diharapkan kelak kedua pengantin dan antar besan tetap lengket (pliket,Jawa). Setelah lamaran diterima kemudian kedua belah pihak merundingkan hari baik untuk melaksanakan upacara peningsetan. Banyak keluarga Jawa masih melestarikan sistem pemilihan hari pasaran pancawara dalam menentukan hari baik untuk upacara peningsetan dan hari ijab pernikahan.
Melamar artinya meminang, karena pada zaman dulu diantara pria dan wanita yang akan menikah terkadang masih belum saling mengenal, jadi hal ini orang tualah yang mencarikan jodoh dengan cara menanyakan kepada seseorang apakah puterinya sudah atau belum mempunyai calon suami. Dari sini bisa dirembug hari baik untuk menerima lamaran atas persetujuan bersama.
Upacara lamaran: Pada hari yang telah ditetapkan, datanglah utusan dari calon besan yaitu orang tua calon pengantin pria dengan membawa oleh-oleh. Pada zaman dulu yang lazim disebut Jodang ( tempat makanan dan lain sebagainya ) yang dipikul oleh empat orang pria. Makanan tersebut biasanya terbuat dari beras ketan antara lain : Jadah, wajik, rengginan dan sebagainya. Menurut naluri makanan tersebut mengandung makna sebagaimana sifat dari bahan baku ketan yang banyak glutennya sehingga lengket dan diharapkan kelak kedua pengantin dan antar besan tetap lengket (pliket,Jawa). Setelah lamaran diterima kemudian kedua belah pihak merundingkan hari baik untuk melaksanakan upacara peningsetan. Banyak keluarga Jawa masih melestarikan sistem pemilihan hari pasaran pancawara dalam menentukan hari baik untuk upacara peningsetan dan hari ijab pernikahan.
Peningsetan
Kata peningsetan adalah dari kata dasar singset (Jawa) yang berarti ikat, peningsetan jadi berarti pengikat. Peningsetan adalah suatu upacara penyerahan sesuatu sebagai pengikat dari orang tua pihak pengantin pria kepada pihak calon pengantin putri. Menurut tradisi peningset terdiri dari : Kain batik, bahan kebaya, semekan, perhiasan emas, uang yang lazim disebut tukon ( imbalan) disesuaikan kemampuan ekonominya, jodang yang berisi: jadah, wajik, rengginan, gula, teh, pisang raja satu tangkep, lauk pauk dan satu jenjang kelapa yang dipikul tersendiri, satu jodoh ayam hidup. Untuk menyambut kedatangan ini diiringi dengan gending Nala Ganjur . Biasanya penentuan hari baik pernikahan ditentukan bersama antara kedua pihak setelah upacara peningsetan.
Kata peningsetan adalah dari kata dasar singset (Jawa) yang berarti ikat, peningsetan jadi berarti pengikat. Peningsetan adalah suatu upacara penyerahan sesuatu sebagai pengikat dari orang tua pihak pengantin pria kepada pihak calon pengantin putri. Menurut tradisi peningset terdiri dari : Kain batik, bahan kebaya, semekan, perhiasan emas, uang yang lazim disebut tukon ( imbalan) disesuaikan kemampuan ekonominya, jodang yang berisi: jadah, wajik, rengginan, gula, teh, pisang raja satu tangkep, lauk pauk dan satu jenjang kelapa yang dipikul tersendiri, satu jodoh ayam hidup. Untuk menyambut kedatangan ini diiringi dengan gending Nala Ganjur . Biasanya penentuan hari baik pernikahan ditentukan bersama antara kedua pihak setelah upacara peningsetan.
Upacara Tarub
Tarub adalah hiasan janur kuning ( daun kelapa yang masih muda ) yang dipasang tepi tratag yang terbuat dari bleketepe ( anyaman daun kelapa yang hijau ). Pemasangan tarub biasanya dipasang saat bersamaan dengan memandikan calon pengantin ( siraman, Jawa ) yaitu satu hari sebelum pernikahan itu dilaksanakan.
Untuk perlengkapan tarub selain janur kuning masih ada lagi antara lain yang disebut dengan tuwuhan. Adapun macamnya :
Tarub adalah hiasan janur kuning ( daun kelapa yang masih muda ) yang dipasang tepi tratag yang terbuat dari bleketepe ( anyaman daun kelapa yang hijau ). Pemasangan tarub biasanya dipasang saat bersamaan dengan memandikan calon pengantin ( siraman, Jawa ) yaitu satu hari sebelum pernikahan itu dilaksanakan.
Untuk perlengkapan tarub selain janur kuning masih ada lagi antara lain yang disebut dengan tuwuhan. Adapun macamnya :
Dua batang pohon pisang raja yang
buahnya tua/matang.
Dua janjang kelapa gading ( cengkir gading, Jawa )
Dua untai padi yang sudah tua.
Dua batang pohon tebu wulung ( tebu hitam ) yang lurus.
Daun beringin secukupnya.
Daun dadap srep.
Dua janjang kelapa gading ( cengkir gading, Jawa )
Dua untai padi yang sudah tua.
Dua batang pohon tebu wulung ( tebu hitam ) yang lurus.
Daun beringin secukupnya.
Daun dadap srep.
Tuwuhan dan gegodongan ini dipasang
di kiri pintu gerbang satu unit dan dikanan pintu gerbang satu unit ( bila
selesai pisang dan kelapa bisa diperebutkan pada anak-anak ) Selain pemasangan
tarub diatas masih delengkapi dengan perlengkapan-perlengkapan sbb. (Ini
merupakan petuah dan nasehat yang adi luhung, harapan serta do’a kepada Tuhan
Yang Maha Kuasa ) yang dilambangkan melalui:
1. Pisang raja dan pisang pulut
yang berjumlah genap.
2. Jajan pasar
3. Nasi liwet yang dileri lauk serundeng.
4. Kopi pahit, teh pahit, dan sebatang rokok.
5. Roti tawar.
6. Jadah bakar.
7. Tempe keripik.
8. Ketan, kolak, apem.
9. Tumpeng gundul
10. Nasi golong sejodo yang diberi lauk.
11. Jeroan sapi, ento-ento, peyek gereh, gebing
12. Golong lulut.
13. Nasi gebuli
14. Nasi punar
15. Ayam 1 ekor
16. Pisang pulut 1 lirang
17. Pisang raja 1 lirang
18. Buah-buahan + jajan pasar ditaruh yang tengah-tengahnya diberi tumpeng kecil.
19. Daun sirih, kapur dan gambir
20. Kembang telon (melati, kenanga dan kantil)
21. Jenang merah, jenang putih, jenang baro-baro.
22. Empon-empon, temulawak, temu giring, dlingo, bengle, kunir, kencur.
23. Tampah(niru) kecil yang berisi beras 1 takir yang diatasnya 1 butir telor ayam mentah, uang logam, gula merah 1 tangkep, 1 butir kelapa.
24. Empluk-empluk tanah liat berisi beras, kemiri gepak jendul, kluwak, pengilon, jungkat, suri, lenga sundul langit
25. Ayam jantan hidup
26. Tikar
27. Kendi, damar jlupak (lampu dari tanah liat) dinyalakan
28. Kepala/daging kerbau dan jeroan komplit
29. Tempe mentah terbungkus daun dengan tali dari tangkai padi ( merang )
30. Sayur pada mara
31. Kolak kencana
32. Nasi gebuli
33. Pisang emas 1 lirang
2. Jajan pasar
3. Nasi liwet yang dileri lauk serundeng.
4. Kopi pahit, teh pahit, dan sebatang rokok.
5. Roti tawar.
6. Jadah bakar.
7. Tempe keripik.
8. Ketan, kolak, apem.
9. Tumpeng gundul
10. Nasi golong sejodo yang diberi lauk.
11. Jeroan sapi, ento-ento, peyek gereh, gebing
12. Golong lulut.
13. Nasi gebuli
14. Nasi punar
15. Ayam 1 ekor
16. Pisang pulut 1 lirang
17. Pisang raja 1 lirang
18. Buah-buahan + jajan pasar ditaruh yang tengah-tengahnya diberi tumpeng kecil.
19. Daun sirih, kapur dan gambir
20. Kembang telon (melati, kenanga dan kantil)
21. Jenang merah, jenang putih, jenang baro-baro.
22. Empon-empon, temulawak, temu giring, dlingo, bengle, kunir, kencur.
23. Tampah(niru) kecil yang berisi beras 1 takir yang diatasnya 1 butir telor ayam mentah, uang logam, gula merah 1 tangkep, 1 butir kelapa.
24. Empluk-empluk tanah liat berisi beras, kemiri gepak jendul, kluwak, pengilon, jungkat, suri, lenga sundul langit
25. Ayam jantan hidup
26. Tikar
27. Kendi, damar jlupak (lampu dari tanah liat) dinyalakan
28. Kepala/daging kerbau dan jeroan komplit
29. Tempe mentah terbungkus daun dengan tali dari tangkai padi ( merang )
30. Sayur pada mara
31. Kolak kencana
32. Nasi gebuli
33. Pisang emas 1 lirang
Masih ada lagi petuah-petuah dan
nasehat-nasehat yang dilambangkan melalui : Tumpeng kecil-kecil merah,
putih,kuning, hitam, hijau, yang dilengkapi dengan buah-buahan, bunga telon,
gocok mentah dan uang logam yang diwadahi diatas ancak yang ditaruh di:
1. Area sumur
2. Area memasak nasi
3. Tempat membuat minum
4. Tarub
5. Untuk menebus kembarmayang ( kaum )
6. Tempat penyiapan makanan yanh akan dihidangkan.
7. Jembatan
8. Prapatan.
5. Nyantri
2. Area memasak nasi
3. Tempat membuat minum
4. Tarub
5. Untuk menebus kembarmayang ( kaum )
6. Tempat penyiapan makanan yanh akan dihidangkan.
7. Jembatan
8. Prapatan.
5. Nyantri
Upacara nyantri adalah menitipkan
calon pengantin pria kepada keluarga pengantin putri 1 sampai 2 hari sebelum
pernikahan. Calon pengantin pria ini akan ditempat kan dirumsh saudara atau
tetangga dekat. Upacara nyantri ini dimaksudkan untuk melancarkan jalannya
upacara pernikahan, sehingga saat-saat upacara pernikahan dilangsungkan maka
calon pengantin pria sudah siap dit3empat sehingga tidak merepotkan pihak
keluarga pengantin putri.
Upacara Siraman
Siraman dari kata dasar siram ( Jawa ) yang berarti mandi. Yang dimaksud dengan siraman adalah memandikan calon pengantin yang mengandung arti membershkan diri agar menjadi suci dan murni. Bahan-bahan untuk upacara siraman :
Siraman dari kata dasar siram ( Jawa ) yang berarti mandi. Yang dimaksud dengan siraman adalah memandikan calon pengantin yang mengandung arti membershkan diri agar menjadi suci dan murni. Bahan-bahan untuk upacara siraman :
Kembang setaman secukupnya
Lima macam konyoh panca warna ( penggosok badan yang terbuat dari beras kencur yang dikasih pewarna)
Dua butir kelapa hijau yang tua yang masih ada sabutnya.
Kendi atai klenting
Tikar ukuran ½ meter persegi
Mori putih ½ meter persegi
Daun-daun : kluwih, koro, awar-awar, turi, dadap srep, alang-alang
Dlingo bengle
Lima macam bangun tulak ( kain putih yang ditepinnya diwarnai biru)
Satu macam yuyu sekandang ( kain lurik tenun berwarna coklat ada garis-garis benang kuning)
Satu macam pulo watu (kain lurik berwarna putih lorek hitam), 1 helai letrek ( kain kuning), 1 helai jinggo (kain merah).
Sampo dari londo merang ( air dari merang yang dibakar didalam jembangan dari tanah liat kemudian saat merangnya habis terbakar segera apinya disiram air, air ini dinamakan air londo)
Asem, santan kanil, 2meter persegi mori, 1 helai kain nogosari, 1 helai kain grompol, 1 helai kain semen, 1 helai kain sidomukti atau kain sidoasih
Sabun dan handuk.
Saat akan melaksanakan siraman ada petuah-petuah dan nasehat serta doa-doa dan harapan yang di simbulkan dalam:
Tumpeng robyong
Tumpeng gundul
Nasi asrep-asrepan
Jajan pasar, pisang raja 1 sisir, pisang pulut 1 sisir, 7 macam jenang
Empluk kecil ( wadah dari tanah liat) yang diisi bumbu dapur dan sedikit beras
1 butir telor ayam mentah
Juplak diisi minyak kelapa
1 butir kelapa hijau tanpa sabut
Gula jawa 1 tangkep
1 ekor ayam jantan
Lima macam konyoh panca warna ( penggosok badan yang terbuat dari beras kencur yang dikasih pewarna)
Dua butir kelapa hijau yang tua yang masih ada sabutnya.
Kendi atai klenting
Tikar ukuran ½ meter persegi
Mori putih ½ meter persegi
Daun-daun : kluwih, koro, awar-awar, turi, dadap srep, alang-alang
Dlingo bengle
Lima macam bangun tulak ( kain putih yang ditepinnya diwarnai biru)
Satu macam yuyu sekandang ( kain lurik tenun berwarna coklat ada garis-garis benang kuning)
Satu macam pulo watu (kain lurik berwarna putih lorek hitam), 1 helai letrek ( kain kuning), 1 helai jinggo (kain merah).
Sampo dari londo merang ( air dari merang yang dibakar didalam jembangan dari tanah liat kemudian saat merangnya habis terbakar segera apinya disiram air, air ini dinamakan air londo)
Asem, santan kanil, 2meter persegi mori, 1 helai kain nogosari, 1 helai kain grompol, 1 helai kain semen, 1 helai kain sidomukti atau kain sidoasih
Sabun dan handuk.
Saat akan melaksanakan siraman ada petuah-petuah dan nasehat serta doa-doa dan harapan yang di simbulkan dalam:
Tumpeng robyong
Tumpeng gundul
Nasi asrep-asrepan
Jajan pasar, pisang raja 1 sisir, pisang pulut 1 sisir, 7 macam jenang
Empluk kecil ( wadah dari tanah liat) yang diisi bumbu dapur dan sedikit beras
1 butir telor ayam mentah
Juplak diisi minyak kelapa
1 butir kelapa hijau tanpa sabut
Gula jawa 1 tangkep
1 ekor ayam jantan
Untuk menjaga kesehatan calon
pengantin supaya tidak kedinginan maka ditetapkan tujuh orang yang memandikan,
tujuh sama dengan pitu ( Jawa ) yang berarti pitulung (Jawa) yang berarti
pertolongan. Upacara siraman ini diakhiri oleh juru rias ( pemaes ) dengan
memecah kendi dari tanah liat.
Midodareni
Midodareni berasal dari kata dasar widodari ( Jawa ) yang berarti bidadari yaitu putri dari sorga yang sangat cantik dan sangat harum baunya. Midodareni biasanya dilaksanakan antara jam 18.00 sampai dengan jam 24.00 ini disebut juga sebagai malam midodareni, calon penganten tidak boleh tidur.
Saat akan melaksanakan midodaren ada petuah-petuah dan nasehat serta doa-doa dan harapan yang di simbulkan dalam:
Midodareni berasal dari kata dasar widodari ( Jawa ) yang berarti bidadari yaitu putri dari sorga yang sangat cantik dan sangat harum baunya. Midodareni biasanya dilaksanakan antara jam 18.00 sampai dengan jam 24.00 ini disebut juga sebagai malam midodareni, calon penganten tidak boleh tidur.
Saat akan melaksanakan midodaren ada petuah-petuah dan nasehat serta doa-doa dan harapan yang di simbulkan dalam:
Sepasang kembarmayang ( dipasang di
kamar pengantin )
Sepasang klemuk ( periuk ) yang diisi dengan bumbu pawon, biji-bijian, empon-empon dan dua helai bangun tulak untuk menutup klemuk tadi
Sepasang kendi yang diisi air suci yang cucuknya ditutup dengan daun dadap srep ( tulang daun/ tangkai daun ), Mayang jambe (buah pinang), daun sirih yang dihias dengan kapur.
Baki yang berisi potongan daun pandan, parutan kencur, laos, jeruk purut, minyak wangi, baki ini ditaruh dibawah tepat tidur supaya ruangan berbau wangi.
Sepasang klemuk ( periuk ) yang diisi dengan bumbu pawon, biji-bijian, empon-empon dan dua helai bangun tulak untuk menutup klemuk tadi
Sepasang kendi yang diisi air suci yang cucuknya ditutup dengan daun dadap srep ( tulang daun/ tangkai daun ), Mayang jambe (buah pinang), daun sirih yang dihias dengan kapur.
Baki yang berisi potongan daun pandan, parutan kencur, laos, jeruk purut, minyak wangi, baki ini ditaruh dibawah tepat tidur supaya ruangan berbau wangi.
Adapun dengan selesainya midodareni
saat jam 24.00 calon pengantin dan keluarganya bisa makan hidangan yang terdiri
dari :
Nasi gurih
Sepasang ayam yang dimasak lembaran ( ingkung, Jawa )
Sambel pecel, sambel pencok, lalapan
Krecek
Roti tawar, gula jawa
Kopi pahit dan teh pahit
Rujak degan
Dengan lampu juplak minyak kelapa untuk penerangan ( jaman dulu)
Sepasang ayam yang dimasak lembaran ( ingkung, Jawa )
Sambel pecel, sambel pencok, lalapan
Krecek
Roti tawar, gula jawa
Kopi pahit dan teh pahit
Rujak degan
Dengan lampu juplak minyak kelapa untuk penerangan ( jaman dulu)
Upacara Langkahan
Langkahan berasal dari kata dasar langkah (Jawa) yang berarti lompat, upacara langkahan disini dimaksudkan apabila pengantin menikah mendahului kakaknya yang belum nikah , maka sebelum akad nikah dimulai maka calon pengantin diwajibkan minta izin kepada kakak yang dilangkahi.
Langkahan berasal dari kata dasar langkah (Jawa) yang berarti lompat, upacara langkahan disini dimaksudkan apabila pengantin menikah mendahului kakaknya yang belum nikah , maka sebelum akad nikah dimulai maka calon pengantin diwajibkan minta izin kepada kakak yang dilangkahi.
Upacara Ijab
Ijab atau ijab kabul adalah pengesahan pernihakan sesuai agama pasangan pengantin. Secara tradisi dalam upacara ini keluarga pengantin perempuan menyerahkan / menikahkan anaknya kepada pengantin pria, dan keluarga pengantin pria menerima pengantin wanita dan disertai dengan penyerahan emas kawin bagi pengantin perempuan. Upacara ijab qobul biasanya dipimpin oleh petugas dari kantor urusan agama sehingga syarat dan rukunnya ijab qobul akan syah menurut syariat agama dan disaksikan oleh pejabat pemerintah atau petugas catatan sipil yang akan mencatat pernikahan mereka di catatan pemerintah.
Ijab atau ijab kabul adalah pengesahan pernihakan sesuai agama pasangan pengantin. Secara tradisi dalam upacara ini keluarga pengantin perempuan menyerahkan / menikahkan anaknya kepada pengantin pria, dan keluarga pengantin pria menerima pengantin wanita dan disertai dengan penyerahan emas kawin bagi pengantin perempuan. Upacara ijab qobul biasanya dipimpin oleh petugas dari kantor urusan agama sehingga syarat dan rukunnya ijab qobul akan syah menurut syariat agama dan disaksikan oleh pejabat pemerintah atau petugas catatan sipil yang akan mencatat pernikahan mereka di catatan pemerintah.
Upacara Panggih
Panggih ( Jawa ) berarti bertemu, setelah upacara akad nikah selesai baru upacara panggih bisa dilaksanaakan,. Pengantin pria kembali ketempat penantiannya, sedang pengantin putri kembali ke kamar pengantin. Setelah semuanya siap maka upacara panggih dapat segera dimulai.
Untuk melengkapi upacara panggih tersebut sesuai dengan busana gaya Yogyakarta dengan iringan gending Jawa:
Panggih ( Jawa ) berarti bertemu, setelah upacara akad nikah selesai baru upacara panggih bisa dilaksanaakan,. Pengantin pria kembali ketempat penantiannya, sedang pengantin putri kembali ke kamar pengantin. Setelah semuanya siap maka upacara panggih dapat segera dimulai.
Untuk melengkapi upacara panggih tersebut sesuai dengan busana gaya Yogyakarta dengan iringan gending Jawa:
1. Gending Bindri untuk mengiringi
kedatangan penantin pria
2. Gending Ladrang Pengantin untuk mengiringi upacara panggih mulai dari balangan ( saling melempar ) sirih, wijik ( pengantin putri mencuci kaki pengantin pria ), pecah telor oleh pemaes.
3. Gending Boyong/Gending Puspowarno untuk mengiringi tampa kaya (kacar-kucur), lambang penyerahan nafkah dahar walimah. Setelah dahar walimah selesai, gending itu bunyinya dilemahkan untuk mengiringi datangnya sang besan dan dilanjutkan upacara sungkeman
2. Gending Ladrang Pengantin untuk mengiringi upacara panggih mulai dari balangan ( saling melempar ) sirih, wijik ( pengantin putri mencuci kaki pengantin pria ), pecah telor oleh pemaes.
3. Gending Boyong/Gending Puspowarno untuk mengiringi tampa kaya (kacar-kucur), lambang penyerahan nafkah dahar walimah. Setelah dahar walimah selesai, gending itu bunyinya dilemahkan untuk mengiringi datangnya sang besan dan dilanjutkan upacara sungkeman
Perbedaan Ritual WijikandanNgidakTigan
Ritual
WijikandanNgidakTiganadalahsebuah ritual yang
adasaatupacarapernikahanadatJawa.Ritual
Wijikanterdapatpadaupacarapernikahanadatjogja,
sedangkanngidaktiganterdapatpadaupacaraadat Surakarta.Baik Jogjakarta maupun
Surakarta meskipunjaraknyaberdekatan, namunmemilikikerajaantersendiri yang
memberikanpengaruhbesarpadazamandahulusalahsatunyapadabentukupacarapernikahanadatnya.
Hal inibermulapadaPerjanjianGiyantitahun 1755
yang
menjadititikpuncakperpecahansehinggamengakiriDinastiMatarammenjadiduakerajaanyakniKesultananNgayogyakartaHadiningrat
(Yogyakarta) danKasunan Surakarta Hadiningrat (Solo).
Perpecahanitujugaberpengaruhpadatatacarapernikahanhinggaperlengkapan yang
dulunyasama. Salah satunyaialahprosesiwijikan (Yogyakarta) danngidaktigan
(Solo).Keduaprosesiinihakikatnyasamayaitumembasuh kaki mempelaipria.
Namundemikianmemilikiperbedaansebagaiberikut:
Wijikan (Yogyakarta)
ProsesiWijikanjugadikenaldengansebutanranupada. DalambahasaJawa, “ranu” berarti air dan “pada” diartikan kaki, jikadiartikansecaralengkap, ritualranupadaberartimembasuh kaki. Dalamhalini, yang dimaksudadalah kaki mempelaipria yang dibasuhkanolehmempelaiperempuan.Wijikanmencerminkanwujudbaktiistrikepadasuaminya.Selainitu, wijikanjugabertujuanuntukmenghilangkanrintangan agar terciptakeluargabahagiadandijauhkandarikesulitandanmarabahaya.
ProsesiWijikanjugadikenaldengansebutanranupada. DalambahasaJawa, “ranu” berarti air dan “pada” diartikan kaki, jikadiartikansecaralengkap, ritualranupadaberartimembasuh kaki. Dalamhalini, yang dimaksudadalah kaki mempelaipria yang dibasuhkanolehmempelaiperempuan.Wijikanmencerminkanwujudbaktiistrikepadasuaminya.Selainitu, wijikanjugabertujuanuntukmenghilangkanrintangan agar terciptakeluargabahagiadandijauhkandarikesulitandanmarabahaya.
Untukpelaksanaannyadiawalidenganmasuknyakedua
kaki mempelaipriapadakotakpersegipanjang yang
telahdiberiirisandaunpandanbercampurbungamelati.Kemudianakandibasuhdengan air
bungasetamanolehistri. Paling tidakmempelaiperempuanmembasuhkan air
bungasetamanpadakedua kaki mempelaipriasebanyaktiga
kali.Setelahitudilanjutkandenganmengelap kaki hinggakering.
Kemudianmempelaiperempuanmenghaturkansembahsebagaibaktinya.Mempelaipriakemudianmembantupasangannyaberdiri.Hal
Inimelambangkanperlindunganseorangsuamikepadaistri.Keduamempelaisalingberhadapan,
lalupemanduadatatauperiasmenyentuhkantelurayammentahpadadahimasing-masingmempelai.
Selanjutnyatelurtersebutdijatuhkanpadakotakpersegipanjangsampaipecah,
sambilberharap agar keduamempelailekasmempunyaimomongan yang berbudibaik.
NgidakTigan
Upacarangidaktigantidakjauhberbedadenganwijikan.Prosesiinimenyimpanharapandantujuan yang samapersisdenganwijikan. Kaki mempelaipriadibasuhdenganpenuhbaktiolehmempelaiwanitasepertiseharusnyasikapseorangistri yang wajibberbaktidanmelayanisuamidenganpenuhkeikhlasan.Perbedaandenganprosesiwijikanterdapatpadatahapngidaktigan yang berartimenginjaktelur.
Upacarangidaktigantidakjauhberbedadenganwijikan.Prosesiinimenyimpanharapandantujuan yang samapersisdenganwijikan. Kaki mempelaipriadibasuhdenganpenuhbaktiolehmempelaiwanitasepertiseharusnyasikapseorangistri yang wajibberbaktidanmelayanisuamidenganpenuhkeikhlasan.Perbedaandenganprosesiwijikanterdapatpadatahapngidaktigan yang berartimenginjaktelur.
Penginjakantelurolehmempelaipriamemilikiartiyaitumempelaipriasiapmemberikanketurunan.Olehkarenaituprosesiini
pun dikenaldengansebutanwijidadi yang
bermaknapenyatuanbenihuntukmelanjutkanketurunan.Untuktatacaradanperlengkapan
yang digunakantentuberbeda. Menjelangpernikahan,
telahdipersiapkanperlengkapansepertinampanbertaburirisandaunpandan,
kelopakmawar, bungamelati, dankenanga, air bungasetaman, handukkecil,
sertatelurayamkampungmentah. Upacarainidimulaidenganpenginjakantelurolehdengan
kaki kanannya di atasnampan.
Kemudianmempelaiperempuanmembasuh kaki
mempelaipriadenganlembutdandikeringkandenganhandukkecilsebagaisimbolbaktiistriterhadapsuami.Mempelaiperempuanmenyatukankeduatelapaktangannyaserayamenghaturkansembahnyakepadamempelaipria,
Kemudianmempelaipriamenyambutdenganmengulurkantanganuntukmenolongpasangannyaberdiri.
Dari
penjelasandapatsimpulkanbahwasebenarnyawijikandanngidaktiganmemilikimaknayang
samanamunberbedadalampelaksanaantatacaranya.
Dalamwijikantelurdipecahkemudiandisentuhkanpadadahimempelai.Sedangkandalamngidaktigan,
telurdiinjak agar pecah.
Perbedaan manten yogya lan solo
NO
|
GAGRAK YOGYA
|
GAGRAK SOLO
|
KATRANGAN
|
1
|
Nontoni
|
Nontoni
|
Nepangakencalon temanten kekalih
ingkang sampun di jodohaken, ugo kangge arana silaturahmi dating kaluarga
calon besan
|
2
|
Lamaran
|
Lamaran
|
Upacara ingkang katindakan lan
saksampunipun angsal sisik melik lare istri dados incerane cetha dereng
di pung wengkukakung
|
3
|
Asok tukon
|
Asok tukon
|
Penganten kakung menehake
uborampe marang kaluarga penganten putrid kanggo ganti tagging jawab
tiang sepuh
|
4
|
Srah srahan, nyantri
|
Srah srahan
|
Calon penganten kakung menehke
ubo rampe sak ragat sing bakal kanggo nglaksanake pahargyan penganten.ing
yogya enten nyantri utawapenganten lanang dititipake marang kaluarga
pengantenn putri
|
5
|
Tarub
|
Tarub
|
Satunggaling adat ngawekani
datingipun bab bab ingkang mboten prayoga,mila tarub ugi dados sarana tolak
balak
|
6
|
Siraman
|
Siraman
|
Kanggo ngresikake jiwa calon
penganten lan kanggo penghormatan terakhir tiang sepuh hang ngunsi anake
menika. Solo enten penganten putrid di bopong kalih penganten putra teng
yogya mecah kendhi
|
7
|
Midodareni
|
Midodareni
|
Penganten putrid ora metu saka kamar
awit jam 6 sore nganti tengah wengi lan di kancani deneng sedulur2 putrine
sing ngancani sinambi aweh nasehat
|
8
|
Ijab
|
Ijab
|
Acara nalika penganten kakung ngucapke
janji bebojoan karo penganten putrid lan di sekseni wong akeh
supaya bisa sah
|
9
|
Panggih
|
Panggih
|
Kembang mayang di gowo metu seko omah
lan di delekke neng prantan cedhak ngomah banjur di srempet ake marang
penganten kakung.
|
10
|
resepsi
|
resepsi
|
Upacara pahargyan sak wise ijab qobul
kaleksanaaken.
|
Pernikahan Adat Solo
I. PELAKSANAAN
PRA NIKAH ADAT SOLO
- Nontoni
Bagian pertama dari rangkaian prosesi pernikahan solo adalah
Nontoni. Proses nontoni ini dilakukan oleh pihak keluarga pria. Tujuan dari
nontoni adalah untuk mengetahui status gadis yang akan dijodohkan dengan
anaknya, apakah masih legan (sendiri) atau telah memiliki pilihan
sendiri. Hal ini dilakukan untuk menjaga agar jangan sampai terjadi benturan
dengan pihak lain yang juga menghendaki si gadis menjadi menantunya. Bila dalam
nontoni terdapat kecocokan dan juga mendapat ‘lampu hijau’ dari pihak gadis,
tahap berikutnya akan dilaksanakan panembung.
- Panembung
Panembung dapat diartikan sebagai melamar. Dalam melamar seorang gadis
yang akan dijadikan jodoh, biasanya dilakukan sendiri oleh pihak pria disertai
keluarga seperlunya. Tetapi bagian ini bisa juga diwakilkan kepada sesepuh atau
orang yang dipercaya disertai beberapa orang teman sebagai saksi. Setelah pihak
pria menyampaikan maksud kedatangannya, orangtua gadis tidak langsung menjawab
boleh atau tidak putrinya diperistri. Untuk menjaga tata trapsila, jawaban yang
disampaikan kepada keluarga laki-laki akan ditanyakan dahulu kepada sang
putrid. Untuk itu pihak pria dimohon bersabar. Jawaban ini tentu saja
dimaksudkan agat tidak mendahului kehendak yang akan menjalankan, yaitu sang
gadis, juga agar taj menurunkan wibawa pihak keluarganya. Biasanya mereka akan
meminta waktu untuk memberikan jawaban sekitar sepasar atau 5 hari.
- Paningset
Apabila sang gadis bersedia dijodohkan dengan pria yang melamarnya,
maka jawaban akan disampaikan kepada pihak keluarga pria, sekaligus memberikan
perkiraan mengenai proses selanjutnya. Hal ini dimaksudkan agar kedua keluarga
bisa menentukan hari baik untuk mewujudkan rencana pernikahan. Pada saat itu,
orangtua pihak pria akan membuat ikatan pembicaraan lamaran dengan pasrah
paningset (sarana pengikat perjodohan). Paningset diserahkan oleh pihak calon
pengantin pria kepada pihak calon pengantin wanita paling lambat lima hari
sebelum pernikahan. Namun belakangan, dengan alasan kepraktisan, acara
srah-srahan paningset sering digabungkan bersamaan dengan upacara midodareni.
II. PELAKSANAAN PERNIKAHAN ADAT
Pelaksanaan pernikahan di Solo mempunyai tatanan yang memuat pokok-pokok tradisi Jawa sebagai berikut :
1. SOWAN LUHUR
Maksudnya adalah meminta doa restu dari para sesepuh dan piyagung serta melakukan ziarah kubur ke tempat leluhurnya.
2. WILUJENGAN
Merupakan ritual sebagai wujud permohonan kepada Tuhan Yang Maha Esa supaya dalam melaksanakan hajat diberi keselamatan dan dijauhkan dari segala halangan. Dalam wilujengan ini memakai sarat berupa makanan dengan lauk-pauk, seperti ‘sekul wuduk’ dan ‘sekul golong’ beserta ingkung (ayam utuh). Dalam wilujengan ini semua sarat ubarampe enak dimakan oleh manusia.
3. PASANG TARUB
Merupakan tradisi membuat ‘bleketepe’ atau anyaman daun kelapa untuk dijadikan atap atau peneduh resepsi manton. Tatacara ini mengambil ‘wewarah’ atau ajaran Ki Ageng Tarub, salah satu leluhur raja-raja Mataram. Saat mempunyai hajat menikahkan anaknya Dewi Nawangsih dengan Raden Bondan Kejawan, Ki Ageng membuat peneduh dari anyaman daun kelapa. Hal itu dilakukan dkarena rumah Ki Ageng uang kecil tidak dapat memuat semua tamu, sehingga tamu yang diluar diteduhi dengan ‘payon’ itu ruang yang dipergunakan untuk para tamu Agung yang luas dan dapat menampung seluruh tamu. Kemudian payon dari daun kelapa itu disebut ‘tarub’, berasal dari nama orang yang pertama membuatnya. Tatacara memasang tarub adalah bapak naik tangga sedangkan ibu memegangi tangga sambil membantu memberikan ‘bleketepe’ (anyaman daun kelapa). Tatacara ini menjadi perlambang gotong royong kedua orang tua yang menjadi pengayom keluarga.
4. PASANG TUWUHAN
Tuwuhan mengandung arti suatu harapan kepada anak yang dijodohkan dapat memperoleh keturunan, untuk melangsungkan sejarah keluarga.
Tuwuhan terdiri dari :
II. PELAKSANAAN PERNIKAHAN ADAT
Pelaksanaan pernikahan di Solo mempunyai tatanan yang memuat pokok-pokok tradisi Jawa sebagai berikut :
1. SOWAN LUHUR
Maksudnya adalah meminta doa restu dari para sesepuh dan piyagung serta melakukan ziarah kubur ke tempat leluhurnya.
2. WILUJENGAN
Merupakan ritual sebagai wujud permohonan kepada Tuhan Yang Maha Esa supaya dalam melaksanakan hajat diberi keselamatan dan dijauhkan dari segala halangan. Dalam wilujengan ini memakai sarat berupa makanan dengan lauk-pauk, seperti ‘sekul wuduk’ dan ‘sekul golong’ beserta ingkung (ayam utuh). Dalam wilujengan ini semua sarat ubarampe enak dimakan oleh manusia.
3. PASANG TARUB
Merupakan tradisi membuat ‘bleketepe’ atau anyaman daun kelapa untuk dijadikan atap atau peneduh resepsi manton. Tatacara ini mengambil ‘wewarah’ atau ajaran Ki Ageng Tarub, salah satu leluhur raja-raja Mataram. Saat mempunyai hajat menikahkan anaknya Dewi Nawangsih dengan Raden Bondan Kejawan, Ki Ageng membuat peneduh dari anyaman daun kelapa. Hal itu dilakukan dkarena rumah Ki Ageng uang kecil tidak dapat memuat semua tamu, sehingga tamu yang diluar diteduhi dengan ‘payon’ itu ruang yang dipergunakan untuk para tamu Agung yang luas dan dapat menampung seluruh tamu. Kemudian payon dari daun kelapa itu disebut ‘tarub’, berasal dari nama orang yang pertama membuatnya. Tatacara memasang tarub adalah bapak naik tangga sedangkan ibu memegangi tangga sambil membantu memberikan ‘bleketepe’ (anyaman daun kelapa). Tatacara ini menjadi perlambang gotong royong kedua orang tua yang menjadi pengayom keluarga.
4. PASANG TUWUHAN
Tuwuhan mengandung arti suatu harapan kepada anak yang dijodohkan dapat memperoleh keturunan, untuk melangsungkan sejarah keluarga.
Tuwuhan terdiri dari :
A. Pohon pisang raja yang buahnya sudah masuk
Maksud dipilih pisang yang sudah masak adalah diharapkan pasangan yang akan menikah telah mempunyai pemikiran dewasa atau telah masak. Sedangkan pisang raja mempunyai makna pengharapan agar pasangan yang akan dinikahkan kelak mempunyai kemakmuran, kemuliaan dan kehormatan seperti raja.
B. Tebu wulung
Tebu wulung berwarna merah tua sebagai gambaran tuk-ing memanis atau sumber manis. Hal ini melambangkan kehidupan yang serba enak. Sedangkan makna wulung bagi orang Jawa berarti sepuh atau tua. Setelah memasuki jenjang perkawinan, diharapkan kedua mempelai mempunyai jiwa sepuh yang selalu bertindak dengan ‘kewicaksanaan’ atau kebijakan.
C. Cengkir gadhing
Merupakan symbol dari kandungan tempat si jabang bayi atau lambing keturunan.
D. Daun randu dari pari sewuli
Randu melambangkan sandang, sedangkan pari melambangkan pangan. Sehinggahal itu bermakna agar kedua mempelai selalu tercukupi sandang dan pangannya.
E. Godhong apa-apa (bermacam-macam dedaunan)
Seperti daun beringin yang melambangkan pengayoman, rumput alang-alang dengan harapan agar terbebas dari segala halangan.
Maksud dipilih pisang yang sudah masak adalah diharapkan pasangan yang akan menikah telah mempunyai pemikiran dewasa atau telah masak. Sedangkan pisang raja mempunyai makna pengharapan agar pasangan yang akan dinikahkan kelak mempunyai kemakmuran, kemuliaan dan kehormatan seperti raja.
B. Tebu wulung
Tebu wulung berwarna merah tua sebagai gambaran tuk-ing memanis atau sumber manis. Hal ini melambangkan kehidupan yang serba enak. Sedangkan makna wulung bagi orang Jawa berarti sepuh atau tua. Setelah memasuki jenjang perkawinan, diharapkan kedua mempelai mempunyai jiwa sepuh yang selalu bertindak dengan ‘kewicaksanaan’ atau kebijakan.
C. Cengkir gadhing
Merupakan symbol dari kandungan tempat si jabang bayi atau lambing keturunan.
D. Daun randu dari pari sewuli
Randu melambangkan sandang, sedangkan pari melambangkan pangan. Sehinggahal itu bermakna agar kedua mempelai selalu tercukupi sandang dan pangannya.
E. Godhong apa-apa (bermacam-macam dedaunan)
Seperti daun beringin yang melambangkan pengayoman, rumput alang-alang dengan harapan agar terbebas dari segala halangan.
5. SIRAMAN DAN SADE DAWET (DODOL DAWET)
Peralatan yang dipaka untuk siraman adalah sekar manca warna yang dimasukkan ke dalam jembangan, kelapa yang dibelah untuk gayung mandi, serta jajan pasar, dan tumpeng robyong. Air yang dipergunakan dalam siraman ini diambil dari tujuh sumber air, atau air tempuran. Orang yang menyiram berjumlah 9 orang sesepuh termasuk ayah. Jumlah sembilan tersebut menurut budaya Keraton Surakarta untuk mengenang keluhuran Wali Sanga, yang bermakna manunggalnya Jawa dan Islam. Selain itu angka sembilan juga bermakna ‘babakan hawa sanga’ yang harus dikendalikan.
Peralatan yang dipaka untuk siraman adalah sekar manca warna yang dimasukkan ke dalam jembangan, kelapa yang dibelah untuk gayung mandi, serta jajan pasar, dan tumpeng robyong. Air yang dipergunakan dalam siraman ini diambil dari tujuh sumber air, atau air tempuran. Orang yang menyiram berjumlah 9 orang sesepuh termasuk ayah. Jumlah sembilan tersebut menurut budaya Keraton Surakarta untuk mengenang keluhuran Wali Sanga, yang bermakna manunggalnya Jawa dan Islam. Selain itu angka sembilan juga bermakna ‘babakan hawa sanga’ yang harus dikendalikan.
Pelaksanaan tradisi ini
Masing-masing sesepuh melaksanakan siraman sebanyak tiga kali dengan gayung yang terbuat dari tempurung kelapa yang diakhiri siraman oleh ayah mempelai wanita. Setelah itu bapak mempelai wanita memecah klenthing atau kendhi, sambil berucap ‘ora mecah kendhi nanging mecah pamore anakku’.
Seusaii siraman calon pengantin wanita dibopong (digendong) oleh ayah ibu menuju kamar pengantin. Selanjutnya sang Ayah menggunting tigas rikmo (sebagian rambut di tengkuk) calon pengantin wanita. Potongan rambut tersebut diberikan kepada sang ibu untuk disimpan ke dalam cepuk (tempat perhiasan), lalu ditanam di halaman rumah. Upacara ini bermakna membuang hal-hal kotor dari calon pengantin wanita. Kemudian rambut calon pengantin wanita. Kemudian rambut calon pengantin wanita dikeringkan sambil diharumi asap ratus, untuk selanjutnya ‘dihalubi-halubi’ atau dibuat cengkorong paes. Selanjutnya rambut dirias dengan ukel konde tanpa perhiasan, dan tanpa bunga.
Masing-masing sesepuh melaksanakan siraman sebanyak tiga kali dengan gayung yang terbuat dari tempurung kelapa yang diakhiri siraman oleh ayah mempelai wanita. Setelah itu bapak mempelai wanita memecah klenthing atau kendhi, sambil berucap ‘ora mecah kendhi nanging mecah pamore anakku’.
Seusaii siraman calon pengantin wanita dibopong (digendong) oleh ayah ibu menuju kamar pengantin. Selanjutnya sang Ayah menggunting tigas rikmo (sebagian rambut di tengkuk) calon pengantin wanita. Potongan rambut tersebut diberikan kepada sang ibu untuk disimpan ke dalam cepuk (tempat perhiasan), lalu ditanam di halaman rumah. Upacara ini bermakna membuang hal-hal kotor dari calon pengantin wanita. Kemudian rambut calon pengantin wanita. Kemudian rambut calon pengantin wanita dikeringkan sambil diharumi asap ratus, untuk selanjutnya ‘dihalubi-halubi’ atau dibuat cengkorong paes. Selanjutnya rambut dirias dengan ukel konde tanpa perhiasan, dan tanpa bunga.
Dodol Dawet
Pada saat calon pengantin dibuat cengkorong paes itu, kedua orangtua menjalankan tatacara ‘dodol dawet’ (menjual dawet). Disamping dawet itu sebagai hidangan, juga diambil makna dari cendol yang berbentuk bundar merupakan lambing kebulatan kehendak orangtua untuk menjodohkan anak.
Bagi orang yang akan membeli dawet tersebut harus membayar dengan ‘kreweng’ (pecahan genting) bukan dengan uang. Hal ini menunjukkan bahwa kehidupan manusia berasal dari bumi. Yang melayani pembeli adalah ibu, sedangkan yang menerima pembayaran adalah bapak. Hal ini mengajarkan kepada anak mereka yang akan menikah tentang bagaimana mencari nafkah sebagai suami istri , harus saling membantu.
Pada saat calon pengantin dibuat cengkorong paes itu, kedua orangtua menjalankan tatacara ‘dodol dawet’ (menjual dawet). Disamping dawet itu sebagai hidangan, juga diambil makna dari cendol yang berbentuk bundar merupakan lambing kebulatan kehendak orangtua untuk menjodohkan anak.
Bagi orang yang akan membeli dawet tersebut harus membayar dengan ‘kreweng’ (pecahan genting) bukan dengan uang. Hal ini menunjukkan bahwa kehidupan manusia berasal dari bumi. Yang melayani pembeli adalah ibu, sedangkan yang menerima pembayaran adalah bapak. Hal ini mengajarkan kepada anak mereka yang akan menikah tentang bagaimana mencari nafkah sebagai suami istri , harus saling membantu.
6. SENGKERAN
Setelah calon pengantin wanita ‘dihaluh-halubi’ atau dibuat cengkorong paes lalu ‘disengker’ atau dipingit. Artinya tidak boleh keluar dari halaman rumah.
Hal ini untuk menjaga keselamatannya. Pemingitan ini dulu dilakukan selama seminggu, atau minimal 3 hari. Yang mana dalam masa ini, calon pengantin putri setiap malam dilulur dan mendapat banyak petuah mengenai bagaimana menjadi seorang istri dan ibu dalam menjalani kehidupan dan mendampingi suami, serta mengatur rumah tangga.
7. MIDODARENI ATAU MAJEMUKAN
Malam menjelang dilaksanakan ijab dan panggih disebur malam midodareni. Midodareni berasal dari kata widodari. Masyarakat Jawa tradisional percaya bahwa pada malam tersebut, para bidadari dari kayangan akan turun ke bumi dan bertandang ke kediaman calon pengantin wanita, untuk menyempurnakan dan mepercantik pengantin wanita.
Prosesi yang dilaksanakan pada malam midodareni
A. Jonggolan
Datangnya calon pengantin ke tempat calon mertua. ‘Njonggol’ diartikan sebagai menampakkan diri. Tujuannya untuk menunjukkan bahwa dirinya dalam keadaan sehat dan selamat, dan hatinya telah mantap untuk menikahi putri mereka. Selama berada di rumah calon pengantin wanita, calon pengantin pria menunggu di beranda dan hanya disuguhi air putih.
B. Tantingan
Kedua orangtua mendatangi calon pengantin wanita di dalam kamar, menanyakan kemantapan hatinya untuk berumah tangga. Maka calon pengantin wanita akan menyatakan ia ikhlas menyerahkan sepenuhnya kepada orangtua, tetapi mengajukan permintaan kepada sang ayah untuk mencarikan ‘kembar mayang’ sebagai isyarat perkawinan.
C. Turunnya Kembar Mayang
Turunnya kembar mayang merupakan saat sepasang kembar mayang dibuat. Kembar mayang ini milik para dewa yang menjadi persyaratan, yaitu sebagai sarana calon pengantin perempuan berumah tangga. Dalam kepercayaan Jawa, kembar mayang hanya dipinjam dari dewa, sehingga apabila sudah selesai dikembalikan lagi ke bumi atau dilabuh melalui air. Dua kembar mayang tersebut dinamakan Dewandaru dan Kalpandaru. Dewandaru mempunyai arti wahyu pengayoman. Maknanya adalah agar pengantin pria dapat memberikan pengayoman lahir dan batin kepada keluarganya. Sedangkan Kalpandaru, berasal dari kata kalpa yang artinya langgeng dan daru yang berarti wahyu. Maksudnya adalah wahyu kelanggengan, yaitu agar kehidupan rumah tangga dapat abadi selamanya.
D. Wilujengan Majemukan
Wilujengan Majemukan adalah silahturahmi antara keluarga calon pengantin pria dan wanita yang bermakna kerelaan kedua pihak untuk saling berbesanan. Selanjutnya ibu calon pengantin wanita menyerahkan angsul-angsul atau oleh-oleh berupa makanan untuk dibawa pulang kepada ibu calon pengantin pria. Sesaat sebelum rombongan pulang, orang tua calon pengantin wanita memberikan kepada calon pengantin pria.
Datangnya calon pengantin ke tempat calon mertua. ‘Njonggol’ diartikan sebagai menampakkan diri. Tujuannya untuk menunjukkan bahwa dirinya dalam keadaan sehat dan selamat, dan hatinya telah mantap untuk menikahi putri mereka. Selama berada di rumah calon pengantin wanita, calon pengantin pria menunggu di beranda dan hanya disuguhi air putih.
B. Tantingan
Kedua orangtua mendatangi calon pengantin wanita di dalam kamar, menanyakan kemantapan hatinya untuk berumah tangga. Maka calon pengantin wanita akan menyatakan ia ikhlas menyerahkan sepenuhnya kepada orangtua, tetapi mengajukan permintaan kepada sang ayah untuk mencarikan ‘kembar mayang’ sebagai isyarat perkawinan.
C. Turunnya Kembar Mayang
Turunnya kembar mayang merupakan saat sepasang kembar mayang dibuat. Kembar mayang ini milik para dewa yang menjadi persyaratan, yaitu sebagai sarana calon pengantin perempuan berumah tangga. Dalam kepercayaan Jawa, kembar mayang hanya dipinjam dari dewa, sehingga apabila sudah selesai dikembalikan lagi ke bumi atau dilabuh melalui air. Dua kembar mayang tersebut dinamakan Dewandaru dan Kalpandaru. Dewandaru mempunyai arti wahyu pengayoman. Maknanya adalah agar pengantin pria dapat memberikan pengayoman lahir dan batin kepada keluarganya. Sedangkan Kalpandaru, berasal dari kata kalpa yang artinya langgeng dan daru yang berarti wahyu. Maksudnya adalah wahyu kelanggengan, yaitu agar kehidupan rumah tangga dapat abadi selamanya.
D. Wilujengan Majemukan
Wilujengan Majemukan adalah silahturahmi antara keluarga calon pengantin pria dan wanita yang bermakna kerelaan kedua pihak untuk saling berbesanan. Selanjutnya ibu calon pengantin wanita menyerahkan angsul-angsul atau oleh-oleh berupa makanan untuk dibawa pulang kepada ibu calon pengantin pria. Sesaat sebelum rombongan pulang, orang tua calon pengantin wanita memberikan kepada calon pengantin pria.
8. IJAB PANIKAH
Pelaksanaan ijab panikah ini mengacu pada agama yang dianut oleh pengantin. Dalam tata cara Keraton, saat ijab panikah dilaksanakan oleh penghulu, tempat duduk penghulu maupun mempelai diatur sebagai berikut :
• Pengantin laki-laki menghadap barat
• Naib di sebelah barat menghadap timur
• Wali menghadap ke selatan, dan para saksi bisa menyesuaikan
Pelaksanaan ijab panikah ini mengacu pada agama yang dianut oleh pengantin. Dalam tata cara Keraton, saat ijab panikah dilaksanakan oleh penghulu, tempat duduk penghulu maupun mempelai diatur sebagai berikut :
• Pengantin laki-laki menghadap barat
• Naib di sebelah barat menghadap timur
• Wali menghadap ke selatan, dan para saksi bisa menyesuaikan